Di Kampanye, Warga Papua Mengeluh ke Ganjar Soal Jalan Rusak Hingga Minimnya Faskes



KONTAN.CO.ID - MERAUKE. Calon Presiden nomor urut tiga Ganjar Pranowo mendapatkan sejumlah masukan hingga harapan saat memulai kampanye perdananya di Merauke Papua Selatan. Mantan Gubernur Jawa Tengah ini disuguhi soal isu kesehatan, infrastruktur, perdamaian hingga soal tenaga kerja.

Untuk isu infrastruktur, Ganjar mengaku terenyuh oleh kritik soal jalan rusak yang disampaikan Kepala Kampung Wendu. Papua Selatan Kalimus Mahuze. Saat membuka kampanye. Kalimus langsung kalau menyampaikan kritik soal jalan .

"Tadi ada kepala suku menyampaikan kepada kami, 'Bapak sudah lewat jalan kami. Jalan kami bagus sekali,'" kata Ganjar menirukan ucapan Kepala Kampung tersebut. "Tetapi kami melewati itu, kami tahu jalannya tidak bagus. Jadi, saya tertohok."


Kritik yang disampaikan Kalimus dengan santun itu, menurut Ganjar, sangat menyentuhnya. Ia menyebutkan pemerintah memang harus terus diingatkan dengan cara-cara santun seperti yang dilakukan Kalimus.

Lalu soal isu kesehatan, juga Ganjar mendapatkan masukan soal bagaimana minimnya fasilitas kesehatan hingga layanan kesehatan. Ganjar menyebutkan memang merasa sedih dan terharu melihat masyarakat di ujung Indonesia yang harus mencoba untuk bertahan hidup. "Ini sebenarnya menjadi tidak adil. Seharusnya negara hadir untuk mereka," ujar Ganjar.

Karena itu, jika dirinya terpilih menjadi presiden, dia ingin membangun fasilitas kesehatan dilengkapi dengan tenaga kesehatan atau dokter di setiap desa. “Dan itulah salah satu alasan kuat bagi saya dan Pak Mahfud untuk melahirkan program Satu Desa Satu Faskes. Kita mulai dari Merauke, Papua Selatan,” kata Ganjar.

Lalu soal perdamaian, Ia mengungkapkan pendekatan strategisnya untuk mewujudkan Papua tetap damai. Ganjar menekankan perlunya melibatkan semua pihak agar perdamaian di Papua tetap terjaga. Adapun pihak yang dilibatkan diantaranya tokoh agama, tokoh adat hingga anak muda.

"Maka bagaimana agar kemudian agar di Papua tetap diberikan damai. Semua harus dilibatkan, anak muda dilibatkan, tokoh adat dilibatkan, tokoh agama dilibatkan dan semuanya harus duduk bersama. Mendengar satu sama lain, dicari dan paling bisa disepakati," tutur mantan gubernur Jawa Tengah dua periode tersebut.

Dalam konteks politik, Ganjar menjelaskan bahwa konsep konsensus, seperti yang diajarkan dalam ilmu politik, menjadi kunci utama dalam upaya menjaga perdamaian.

"Itulah sepakat, kalau kuliah belajar ilmu politik, itu yang disebut konsensus. Kalau sudah sepakat, maka semua bisa menerima, maka kita akan mengurangi, persamaan akan mengurangi rasa benci karena kita perhatian," tegas mantan anggota DPR tersebut.

Ganjar berharap melalui kolaborasi dan kesepahaman ini, perdamaian di Papua dapat tetap terwujud menciptakan stabilitas dan harmoni di Bumi Cendrawasih. Ia juga menekankan soal rasa keadilan yang didapatkan oleh warga Papua maka perdamaian akan bisa tercipta.

Sementara soal tenaga kerja, ia mendapatkan masukan agar kelak jika terpilih menjadi Presiden juga bisa menjawab soal minimnya penyerapan tenaga kerja dari warga asli Papua.

Mahasiswi Universitas Musamus Merauke bernama Efenia Binwesng tersebut mengungkapkan bahwa orang asli Papua masih sering kesulitan mendapatkan pekerjaan. "Saya minta Bapak untuk mengubah sistem yang tidak benar. Khususnya untuk masalah tenaga kerja untuk orang Papua masih minim sehingga saya minta keadilan di negeri ini," ungkap mahasiswa yang akrab disapa Mia itu di salah satu kafe di Kecamatan Merauke, Selasa (28/11/2023). Mahasiswa tersebut meminta Ganjar bersikap adil jika terpilih. "Jadi saya minta, Bapak Ganjar jadi pemimpin yang benar-benar adil," katanya. Ganjar pun memang berjanji mengimplementasikan sistem yang benar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Lamgiat Siringoringo