JAKARTA. Industri perbankan memerlukan pendanaan besar untuk memperkuat fungsi intermediasi. Selain mengandalkan dana pihak ketiga (DPK) dan kas internal, bank menempuh opsi lain, seperti menerbitkan obligasi. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, nilai obligasi milik perbankan yang jatuh tempo tahun ini berkisar Rp 7,42 triliun, yang diterbitkan sekitar 14 bank. Nilai utang ini jauh lebih kecil dibandingkan DPKperbankan per November 2013 lalu yang sekitar Rp 3.563 triliun. Ini berarti perbankan masih mengandalkan DPK untuk ekspansi kredit. Bank Rakyat Indonesia (BRI), misalnya memiliki obligasi jatuh tempo senilai Rp 2 triliun pada 22 Desember tahun ini. BRI telah menyiapkan dana untuk melunasi utang tersebut. "Kami tak berniat melakukan refinancing," ucap Muhammad Ali, Sekretaris Perusahaan BRI.
Di perbankan, obligasi masih jadi pelengkap
JAKARTA. Industri perbankan memerlukan pendanaan besar untuk memperkuat fungsi intermediasi. Selain mengandalkan dana pihak ketiga (DPK) dan kas internal, bank menempuh opsi lain, seperti menerbitkan obligasi. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, nilai obligasi milik perbankan yang jatuh tempo tahun ini berkisar Rp 7,42 triliun, yang diterbitkan sekitar 14 bank. Nilai utang ini jauh lebih kecil dibandingkan DPKperbankan per November 2013 lalu yang sekitar Rp 3.563 triliun. Ini berarti perbankan masih mengandalkan DPK untuk ekspansi kredit. Bank Rakyat Indonesia (BRI), misalnya memiliki obligasi jatuh tempo senilai Rp 2 triliun pada 22 Desember tahun ini. BRI telah menyiapkan dana untuk melunasi utang tersebut. "Kami tak berniat melakukan refinancing," ucap Muhammad Ali, Sekretaris Perusahaan BRI.