KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tengah menggodok Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025 sampai dengan 2035 dengan minimal 60% pembangkit listrik berasal dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dari total sumber listrik di Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pihaknya bersama PT PLN (Persero) tengah meninjau untuk segera memasukkan besaran porsi megawatt untuk EBT dalam RUPTL. “Sejak diperintahkan oleh Presiden Jokowi dan Presiden (terpilih) Prabowo, untuk mendetailkan kita konversi RUPTL 2025 sampai dengan 2035, 10 tahun RUPTL itu, minimum saya katakan 60% itu harus energi baru terbarukan,” kata Bahlil dalam agenda Green Initiative Conference di Jakarta, Rabu (25/9).
Untuk mencapai 60% pembangkit dari EBT sesuai RUPTL 2025-2035, Bahlil menyoroti beberapa masalah besar. Antara lain, transisi jaringan atau infrastruktur yang belum memadai. Bahlil mengakui sumber energi bersih di Indonesia melimpah seperti geothermal, angin hingga air. Bahkan, untuk panas bumi Indonesia memiliki total cadangan 40%. Namun, memang ketersedian jaringan yang belum memadai menjadi kendalanya. “Sumbernya ada, tetapi jadingannya belum ada,” ujar Bahlil.
Baca Juga: Dorong Transisi Energi, PLN Paparkan Rencana Pemanfaatan EBT Untuk menangani masalah ini, Bahlil meminta ke PLN untuk segera mengidentifikasi sumber-sumber energi baru terbarukan dan kemudian diintervensi dengan kebijakan pemerintah untuk membangun jaringan. Selain itu, Bahlil juga menyoroti mahalnya investasi membangun infrastruktur EBT. Untuk menghubungkan sumber-sumber energi baru terbarukan diperlukan investasi mencapai ratusan triliun. Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan segera mengumumkan rencana penambahan kapasitas pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) sebesar 62 gigawatt (GW). Rencana penambahan kapasitas EBT bakal termuat dalam revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 oleh PT PLN (Persero). "Saya hanya ingin memberi tahu Anda bahwa Presiden akan segera mengumumkan juga RUPTL kita tentang Energi Terbarukan 62 Gigawatt hingga 2040. Ini, menurut saya, dua kali lipat dari listrik yang ada di negara ini," kata Luhut dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di JCC Senayan, Kamis (5/9). Menurut Luhut, inisiatif penambahan kapasitas pembangkit listrik dari EBT ini tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga memberdayakan masyarakat dan yang terpenting mempertahankan hak kita untuk tumbuh dan sejahtera. Adapun, PT PLN (Persero) menargetkan penambahan kapasitas pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) dan gas sebesar 80 gigawatt (GW) pada tahun 2040 dalam RUPTL terbaru.
Baca Juga: Kementerian ESDM Dapat Izin Pemanfaatan Bendungan untuk PLTS Terapung Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menyebutkan, dalam RUPTL terbaru yang drafnya sudah siap diterbitkan, penambahan kapasitas pembangkit mayoritas dari EBT sebesar 75% atau sekitar 60 GW, dan pembangkit gas 25%. RUPTL tersebut juga mencanangkan pembangkit beban dasar (baseload) ditetapkan 3 jenis, yaitu pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) atau geothermal, pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat