Di Rusia, McDonald's dituding bohongi konsumen



MOSCOW. Masalah sepertinya terus menghampiri McDonald's Corp. Setelah harus menghadapi skandal makanan kadaluarsa di China, kali ini, masalah datang dari Rusia.

Regulator keselamatan konsumen Rusia menuntut gerai makanan cepat saji asal AS itu ke pengadilan karena diduga mengecilkan nilai kalori burger dan milkshake. Tidak hanya itu, produk makanan McDonald's diduga terkontaminasi mikroba.

Sekadar informasi, pada tuduhan yang dilayangkan Juni lalu, badan pengawas makanan Rusia menemukan bahwa nilai kalori burger McDonald hanya diklaim sebanyak 70%. Sementara, nilai kalori milkshakes buatan McDonald's dipangkas hingga separuhnya.


Badan Pengawas Makanan atau yang dikenal sebagai Rospotrebnadzor, memutuskan untuk menutup sementara waktu selusin restoran di Moskow dan di seluruh Rusia karena keluhan sanitasi dalam empat pekan terakhir. Keluhan tersebut bahkan juga meliputi outlet McDonald's pertama di Uni Soviet yang dibuka pada tahun 1990.

Terkait hal itu, badan regulasi terkait Rusia sudah memanggil pengelola McDonald's. Kondisi bisnis McDonalds di Rusia semakin bertambah buruk seiring meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Amerika terkait krisis Ukraina.

Sepertinya, Presiden Rusia Vladimir Putin ingin membalas sanksi yang diberikan AS dan Uni Eropa ke pihak individu dan perusahaan dengan melarang impor sejumlah bahan makanan.

"McDonald's selalu memberikan informasi nutrisi terpercaya kepada pelanggannya, yang sudah dikonfirmasi berulang kali lewat hasil penelitian. Hal ini juga terefleksi dari kesimpulan badan pengawas makanan," jelas McDonald's Rusia.

Delapan gerai McDonald's di Rusia, masih ditutup setelah Rospotrebnadzor melaporkan adanya pelanggaran atas sanitasi. Menurut McDonald's, sekitar 180 dari 440 gerai cepat saji McDonald's mendapat tudingan serius dari badan regulator setempat.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie