JAKARTA. Impor jagung yang dilakukan oleh perusahan pakan ternak dalam negeri yang tergabung dalam Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) diproyeksi akan meningkat di semester II ini. Produksi jagung lokal yang menurun karena sudah lewat masa panen raya menjadi pemicunya.Mengutip data GPMT, semeseter II ini industri pakan ternak diperkirakan akan melakukan impor jagung sebanyak 1,85 juta. Catatan saja, pada triwulan III ini GPMT telah mengajukan impor jagung sebanyak 950.000 ton dan triwulan IV mendatang sekitar 900.000 ton. Hingga semester I lalu impor jagung oleh produsen pakan ternak tercatat mencapai 1,3 juta ton. Desianto Budi Utomo, Sekretaris Jenderal GPMT mengatakan, dengan proyeksi perhitungan tersebut maka impor jagung oleh produsen pakan ternak tahun ini diperkirakan tidak lebih dari 3,3 juta ton. "Kami konsisten tetap melakukan pembelian jagung dalam negeri meski dengan harga tinggi," kata Desianto, Kamis (3/7).Berdasarkan siklus panen jagung di dalam negeri, produksi terbesar terjadi di bulan Februari hingga April. Produksi jagung dihasilkannya bisa mencapai 60%-65% dari total produksi nasional. Sementara sebagian kecil atau sekitar 35%-40% terjadi di semester II. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), angka ramalan (aram) I produksi jagung lokal tahun ini akan mencapai 18,55 juta ton pipilan kering, atau naik tipis 0,20% dibandingkan realisasi produksi tahun lalu sebanyak 18,51 juta ton pipilan kering. Sepanjang tahun ini, harga jagung yang dibeli oleh industri pakan ternak tidak pernah dibawah Rp 3.000 per kilogram (kg). Desianto bilang, saat ini harga jagung rata-rata berada dikisaran Rp 3.500 per kg-Rp 3.600 per kg. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata tahun lalu dikisaran Rp 3.200 per kg-Rp 3.300 per kg.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Di semester II, impor jagung bakal meningkat
JAKARTA. Impor jagung yang dilakukan oleh perusahan pakan ternak dalam negeri yang tergabung dalam Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) diproyeksi akan meningkat di semester II ini. Produksi jagung lokal yang menurun karena sudah lewat masa panen raya menjadi pemicunya.Mengutip data GPMT, semeseter II ini industri pakan ternak diperkirakan akan melakukan impor jagung sebanyak 1,85 juta. Catatan saja, pada triwulan III ini GPMT telah mengajukan impor jagung sebanyak 950.000 ton dan triwulan IV mendatang sekitar 900.000 ton. Hingga semester I lalu impor jagung oleh produsen pakan ternak tercatat mencapai 1,3 juta ton. Desianto Budi Utomo, Sekretaris Jenderal GPMT mengatakan, dengan proyeksi perhitungan tersebut maka impor jagung oleh produsen pakan ternak tahun ini diperkirakan tidak lebih dari 3,3 juta ton. "Kami konsisten tetap melakukan pembelian jagung dalam negeri meski dengan harga tinggi," kata Desianto, Kamis (3/7).Berdasarkan siklus panen jagung di dalam negeri, produksi terbesar terjadi di bulan Februari hingga April. Produksi jagung dihasilkannya bisa mencapai 60%-65% dari total produksi nasional. Sementara sebagian kecil atau sekitar 35%-40% terjadi di semester II. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), angka ramalan (aram) I produksi jagung lokal tahun ini akan mencapai 18,55 juta ton pipilan kering, atau naik tipis 0,20% dibandingkan realisasi produksi tahun lalu sebanyak 18,51 juta ton pipilan kering. Sepanjang tahun ini, harga jagung yang dibeli oleh industri pakan ternak tidak pernah dibawah Rp 3.000 per kilogram (kg). Desianto bilang, saat ini harga jagung rata-rata berada dikisaran Rp 3.500 per kg-Rp 3.600 per kg. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata tahun lalu dikisaran Rp 3.200 per kg-Rp 3.300 per kg.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News