Di Spanyol, kematian virus corona picu kemarahan dan kebingungan



KONTAN.CO.ID - BARCELONA. Spanyol merupakan salah satu negara dengan jumlah korban tewas tertinggi di dunia akibat pandemi virus corona. Tetapi, diduga, data kematian sebenarnya bisa jauh lebih tinggi. Hal ini memicu kemarahan publik dan dapat menyebabkan masalah bagi pemerintahan Perdana Menteri Pedro Sanchez yang rapuh.

Melansir Reuters, total kematian corona di Spanyol naik menjadi 20.852 kasus pada hari Senin. Hanya saja, angka itu gagal menjelaskan korban tewas yang kemungkinan besar terinfeksi oleh virus tetapi tidak pernah diuji.

Fernando Simon, kepala tanggap darurat virus corona nasional, mengakui bahwa jumlah kematian sebenarnya sulit diketahui.


Baca Juga: Duh, kasus virus corona di Spanyol tembus 200.000

Informasi saja, negara ini telah dikunci sejak 14 Maret, meskipun pembatasan telah sedikit berkurang sejak pekan lalu. Tetapi kebanyakan orang tetap terkurung di rumah mereka. Dan kadang-kadang keluarga yang menguburkan mayat mereka bahkan tidak yakin atas kematian orang yang mereka cintai.

Mengutip sertifikat kematian seorang dokter, di sebuah panti jompo dekat Barcelona, ​​seorang wanita berusia 85 tahun meninggal pada 8 April karena kemungkinan COVID-19.

Baca Juga: Dampak corona, Barcelona berencana gelar laga tanpa penonton hingga awal tahun 2021

Menurut putrinya Amparo, 56 tahun, yang menolak untuk memberikan nama belakangnya, ibunya tidak pernah diuji Covid-19. Dia menuduh para pemimpin politik tidak melindungi warga negara dan menganggap penghitungan resmi itu tidak berguna.

"Tambahan orang telah meninggal karena (politisi) belum membuat pengujian yang cukup mungkin sehingga kita bisa mengetahui kenyataan. Kita membiarkan mereka mati sendirian," katanya.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie