JAKARTA. Asosiasi Gula Indonesia (AGI) memperkirakan harga gula masih akan tertekan tahun ini. "Harga gula masih turun karena stok pasar internasional cenderung naik. Fenomena yang sama akan terjadi di domestik," kata Tito Pranolo, Direktur Eksekutif AGI dalam jumpa pers, Selasa (21/1). Karena harga internasional masih tertekan, lanjut Tito, pemerintah harus mewaspadai dampaknya ke pasar domestik. Di dalam negeri sendiri, harga gula menunjukkan tren menurun sejak April 2013 hingga awal 2014 ini. Berdasarkan data yang diolah Dewan Gula Indonesia (DGI), harga lelang gula kristal putih (GKP) pada April 2013 masih berkisar Rp 10.025 per kilogram. Namun pada Desember 2013, harga lelang GKP sudah menukik menjadi Rp 8.671 per kg. Karena itu, AGI mendorong pemerintah segera mengumumkan harga patokan petani (HPP) tahun 2014 agar dapat mendorong peningkatan produksi. "Secepat mungkin, sebelum musim giling dimulai," kata Tito. Dia bilang, meski harga gula terkait mekanisme pasar yakni permintaan dan penawaran, namun tanpa adanya HPP ini, dikhawatirkan pasar akan memberikan sentimen negatif terhadap harga gula. Berdasarkan catatan AGI, pada tahun 2013 pemerintah sama sekali tidak mengubah HPP gula yang berkisar Rp 8.100 ton. Padahal, AGI menghitung biaya pokok produksi petani saat ini sudah di atas angka tersebut. "Kondisi sekarang BPP sekitar Rp 8.300 - Rp 8.800. Itu saja dihitung kondisi normal dan sudah pas-pasan," imbuh Yadi Yusriadi, tenaga ahli AGI. Meski belum menghitung secara pasti, AGI memperkirakan HPP gula saat ini setidaknya di kisaran Rp 9.100 - Rp 9.500 per kg. Jika pemerintah tidak segera bertindak, maka produksi gula tahun depan (2015) diperkirakan menurun tajam. "Karena akan terjadi pengurangan areal tebu akibat petani enggan menanam tebu," kata Tito lagi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Di tahun ini, harga gula masih tertekan
JAKARTA. Asosiasi Gula Indonesia (AGI) memperkirakan harga gula masih akan tertekan tahun ini. "Harga gula masih turun karena stok pasar internasional cenderung naik. Fenomena yang sama akan terjadi di domestik," kata Tito Pranolo, Direktur Eksekutif AGI dalam jumpa pers, Selasa (21/1). Karena harga internasional masih tertekan, lanjut Tito, pemerintah harus mewaspadai dampaknya ke pasar domestik. Di dalam negeri sendiri, harga gula menunjukkan tren menurun sejak April 2013 hingga awal 2014 ini. Berdasarkan data yang diolah Dewan Gula Indonesia (DGI), harga lelang gula kristal putih (GKP) pada April 2013 masih berkisar Rp 10.025 per kilogram. Namun pada Desember 2013, harga lelang GKP sudah menukik menjadi Rp 8.671 per kg. Karena itu, AGI mendorong pemerintah segera mengumumkan harga patokan petani (HPP) tahun 2014 agar dapat mendorong peningkatan produksi. "Secepat mungkin, sebelum musim giling dimulai," kata Tito. Dia bilang, meski harga gula terkait mekanisme pasar yakni permintaan dan penawaran, namun tanpa adanya HPP ini, dikhawatirkan pasar akan memberikan sentimen negatif terhadap harga gula. Berdasarkan catatan AGI, pada tahun 2013 pemerintah sama sekali tidak mengubah HPP gula yang berkisar Rp 8.100 ton. Padahal, AGI menghitung biaya pokok produksi petani saat ini sudah di atas angka tersebut. "Kondisi sekarang BPP sekitar Rp 8.300 - Rp 8.800. Itu saja dihitung kondisi normal dan sudah pas-pasan," imbuh Yadi Yusriadi, tenaga ahli AGI. Meski belum menghitung secara pasti, AGI memperkirakan HPP gula saat ini setidaknya di kisaran Rp 9.100 - Rp 9.500 per kg. Jika pemerintah tidak segera bertindak, maka produksi gula tahun depan (2015) diperkirakan menurun tajam. "Karena akan terjadi pengurangan areal tebu akibat petani enggan menanam tebu," kata Tito lagi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News