Di tengah ancaman corona, Apple kembali membuka 25 toko di AS



KONTAN.CO.ID - CALIFORNIA. Tak mau berlama-lama menutup toko akibat pandemi Covid-19, Apple Inc akan membuka kembali 25 gerai bermereknya di Amerika Serikat pada minggu ini. Nantinya Apple akan melanjutkan proses bertahap yang membuka kunci pintu di hampir seperlima dari gerai ritel di seluruh dunia seperti pemberitaan Reuters pada Senin (28/5).

Produsen iPhone ini pada bulan Maret telah menutup semua tokonya di luar China dalam menanggapi penyebaran virus corona. Sebelumnya Apple mulai menutup lebih dari 50 toko di China dan sekitarnya di bulan Januari dan membuka kembali pada pertengahan Maret 2020.

Baca Juga: Balas AS, China masukkan Apple dkk ke daftar perusahaan tidak bisa dipercaya


Apple memiliki 510 toko di seluruh dunia dan 271 di Amerika Serikat. Situs web 9to5Mac melaporkan bahwa perusahaan akan membuka kembali 10 toko di Italia mulai Selasa.

Pekan lalu, Apple membuka kembali lima toko pertamanya di Amerika Serikat, yang mengharuskan pelanggan dan karyawannya menjalani pemeriksaan suhu dan memakai masker sebelum memasuki lokasi.

“Komitmen kami adalah untuk membuka kembali toko kami ketika kami yakin lingkungan aman,” tulis Head of Retail Apple Deirdre O'Brien dalam sebuah catatan di situs web perusahaan pada hari Minggu (17/5).

Kendati membuka tokonya lagi di saat pandemi, Apple memastikan akan memberlakukan aturan jarak sosial atau physical distancing. Juga membatasi pengunjung dan hanya akan menawarkan layanan curbside atau etalase.

Baca Juga: Setelah terhantam virus corona, pengiriman iPhone ke China melesat 19%

Apple tidak mengungkapkan pendapatan toko ritelnya. Yang terang, penjualan langsung, termasuk toko ritel maupun penjualan web menyumbang 31% dari US$ 260 miliar pada pendapatan 2019.

Bulan lalu, Chief Executive Tim Cook menolak untuk memberikan pandangan untuk kuartal Juni, dalam menghadapi ketidakpastian bisnis yang diciptakan oleh virus. Penjualan kuartal pertama di China, yang mencerminkan penutupan dan lockdown toko di negara itu, adalah US$ 9,46 miliar. Nilai itu lebih rendah sekitar US$ 1 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Editor: Herlina Kartika Dewi