Di Tengah Koreksi Harga, Prospek Emas Tetap Berkilau



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah koreksi harga, emas diprediksi akan tetap menarik. Salah satunya efek kebijakan moneter oleh the Fed.

Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer mengatakan, harga emas berhasil bertahan di level support dan terdapat indikasi potensial untuk melanjutkan penguatan. Pengaruh dari pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) juga dianggap sebagai faktor positif dengan kecenderungan USD yang akan terus turun ke depannya.

Menurutnya, salah satu faktor yang mendukung kembali naiknya harga emas adalah kebijakan moneter The Fed. Ia menyebut bahwa tindakan Fed yang terlalu cepat dalam menurunkan suku bunga dapat dianggap sebagai kesalahan, mengingat indikasi kekuatan ekonomi yang tidak memerlukan penurunan suku bunga.


"Seharusnya cenderung untuk mempertahankan suku bunga dan fokus pada perbaikan ekonomi AS," tulisnya dalam riset, Senin (5/2).

Baca Juga: Harga Emas Spot Tertekan Data Tenaga Kerja AS yang Naik

Andrew juga menyoroti pengaruh potensi penguatan terhadap USD yang diperkirakan tidak terlalu berpengaruh terhadap emas dan perasaan tidak yakin terhadap kebijakan moneter The Fed.

Dalam konteks ini, investor lebih memilih emas sebagai tempat perlindungan nilai, terutama karena kondisi perekonomian yang belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan yang signifikan.

Pagi ini, harga emas kembali turun meskipun sempat mencoba untuk mengalami koreksi naik. Potensi koreksi naik tersebut dapat dihadapi dengan kecenderungan penjualan lebih lanjut oleh para pelaku pasar, terutama karena data pekerjaan di AS yang masih kuat dan berpotensi meningkatkan inflasi.

Prediksi harga emas ke depannya menunjukkan adanya support di US$ 2.028,20 dan resistance di US$ 2.083,20.

Baca Juga: Harga Emas Diramal Tetap Berkilau di Tengah Meningkatnya Tensi Geopolitik

Selain itu, indeks dolar AS berjangka yang memantau kinerja greenback naik 0,93%, diperdagangkan di 103,825. 

"Meski demikian, pengaruh penguatan USD terhadap harga emas diprediksi tidak terlalu signifikan karena investor masih cenderung memilih emas sebagai safe haven," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi