Di tengah pandemi, BTN masih yakin bisa catatkan pertumbuhan kredit



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) sampai dengan kuartal III 2020 masih terbilang positif. Namun, Direktur Utama Bank BTN Pahala N. Mansury menegaskan bahwa perlambatan ekonomi akibat Covid-19 tetap memberikan dampak terhadap kinerja kredit perseroan. 

Tercatat per September 2020 total kredit BTN mencapai Rp 254,91 triliun, mengalami penurunan sebesar 0,8% secara year on year (yoy). Namun, beberapa segmen kredit masih mengalami pertumbuhan. Salah satunya realisasi penyaluran KPR subsidi yang naik 3,4% yoy menjadi Rp 103,6 triliun. Begitu juga dengan realisasi pembiayaan syariah yang naik 4,5% yoy menjadi Rp 24,36 triliun, yang juga ditopang dari realisasi KPR syariah. 

Kalau dirinci lebih dalam, perlambatan kredit ini utamanya disebabkan di segmen kredit komersial yang turun 29,7% yoy dari Rp 40,03 triliun menjadi Rp 27,45 triliun di kuartal III 2020. Meski begitu, Pahala menjelaskan pihaknya tetap optimis sampai dengan akhir tahun laju kredit Bank BTN masih bisa tumbuh positif sekitar 2%-3%. 


Baca Juga: Transaksi jual beli emas dalam platform digital semakin semarak

Hal itu salah satunya dipicu dari realisasi kredit Bank BTN secara bulanan yang terus meningkat. Sebagai contoh, di bulan September total kredit yang disalurkan BTN sudah bisa mencapai Rp 4,4 triliun. Pencapaian itu menurut Pahala sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan realisasi di bulan April 2020 lalu yang hanya sebesar Rp 1,87 triliun.  "Kita harapkan di bulan Oktober 2020 dan seterusnya bisa menembus Rp 5 triliun. Sehingga pertumbuhan kredit di akhir tahun nanti bisa ada di kisaran 2%-3%," terangnya dalam Video Conference di Jakarta, Kamis (22/10). 

Adapun di tahun 2021, pihaknya memandang pertumbuhan kredit bisa lebih optimis. Dengan catatan, penanganan pandemi Covid-19 bisa lebih optimal agar geliat perekonomian bisa tumbuh. 

Apalagi, di tahun depan Bank BTN memang punya target-target yang cukup besar terkait program pemerintah di sektor perumahan. Di samping itu, Pahala juga menyebut dari sisi likuiditas saat ini masih sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan ekspansi kredit di masa mendatang. "Kita estimasi tahun depan 5%-7% saya rasa cukup optimis. Itu juga tergantung dari alokasi dana untuk disalurkan ke KPR Subsidi," katanya. 

Catatan saja, beberapa rasio likuiditas Bank BTN memang menunjukkan perbaikan. Semisal loan to deposito ratio (LDR) yang ada di level 93,26% jauh lebih longgar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal itu dipicu oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) BTN yang naik signifikan sebesar 18,7% secara tahunan di kuartal ketiga tahun ini. 

Baca Juga: Masih positif, laba Bank BTN naik 39,72% di kuartal III 2020

Kemudian, beberapa indikator likuiditas seperti rasio LCR sudah sangat tinggi di kisaran 213,2%, dan rasio AL/NCD ada di atas 126% per akhir September 2020 lalu. Apalagi, rasio biaya dana atau cost of fund (CoF) Bank BTN sudah semakin rendah hingga ke level 4,98%. Itu artinya, amunisi perusahaan untuk menggenjot kredit sangat mencukupi. 

Hanya saja, tentunya Bank BTN menurut Pahala tidak terlalu menggebu-gebu mendorong kredit. Sebab, tentu dengan adanya pandemi risiko kredit perlu menjadi fokus utama perusahaan. Walhasil, untuk berjaga-jaga pihaknya juga sudah memupuk biaya pencadangan alias coverage ratio cukup besar yaitu mencapai 111,36% per kuartal III 2020. 

Selanjutnya: Total laba bank BUKU IV anjlok 26,4%, tapi laba BCA dan Panin masih bisa naik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi