KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis PT Jasa Raharja (Persero) tertekan di tengah pandemi. Hal ini tidak terlepas dari himbauan larangan mudik dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah. Direktur Manajemen Risiko dan Teknologi Informasi Jasa Raharja M. Wahyu Wibowo mengakui adanya penurunan pendapatan premi pada saat Covid-19 mewabah. “Jasa raharja pasti ada penurunan pendapatan premi sampai 30%. Namun klaim juga turun. Kita juga ikut memperkuat
governance saat PSBB diterapkan,” ujar Wahyu dalam
video conference pada Selasa (5/5).
Baca Juga: Investree telah salurkan total pinjaman Rp 5,48 triliun hingga April 2020 Sayangnya, Wahyu belum merinci berapa rupiah penurunan premi dan klaim tersebut. Sebelumnya Jasa Raharja menargetkan laba bersih di tahun 2020 dapat mencapai Rp 1,62 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 4,52% secara
year on year (yoy) dibandingkan raihan laba bersih di 2019 yang sebesar Rp 1,55 triliun. Direktur Utama Jasa Raharja Budi Rahardjo Slamet menyatakan, guna menopang laba itu, perusahaan akan meningkatkan pendapatan. Dalam rencana bisnis, Budi menargetkan bisa mencatatkan pendapatan sebesar Rp 6,73 triliun. Nilai itu tumbuh 5,82% yoy dibandingkan 2019 senilai Rp 6,36 triliun. Ia menjelaskan, pendapatan Jasa Raharja dihimpun dari beberapa kanal. Pertama, iuran wajib yang berasal dari angkutan umum darat maupun laut. Kedua, sumbangan wajib dana kesejahteraan dari pemilik kendaraan bermotor yang melakukan daftar ulang ke kantor Samsat. Dan terakhir, hasil investasi.
Baca Juga: Stimulus perbankan terfokus ke debitur, perlukah iuran OJK juga diringankan? “Jadi kami sampaikan besaran iuran wajib dan non wajib yang dikelola Jasa Raharja ditetapkan oleh Kementerian Keuangan. Memang di anggaran kita selalu anggarkan naik tiap tahun, kami liat juga potensi para penumpang yang akan gunakan alat angkutan umum, kemudian potensi kendaraan baru. Meskipun kita tahu kondisi ekonomi lemah, tapi kita tetap berharap pertumbuhan kendaraan baru juga masih meningkat karena daya beli masyarakat masih akan meningkat,” jelas Budi beberapa waktu lalu.
Guna mempertahankan laba, Jasa Raharja juga akan menekan biaya operasional. Oleh sebab itu, perusahaan akan terus melakukan efisiensi. Selain itu, Jasa Raharja juga akan mengandalkan proses digitalisasi guna memangkas berbagai biaya. “Jasa Raharja juga khususnya di 2020 sudah menggunakan IT udah relatif baik. Sehingga kami bisa mengurangi berbagai biaya,” tambahnya. Jasa Raharja menargetkan sepanjang 2020 biaya senilai Rp 4,72 triliun. Nilai itu tumbuh 5,36% dibandingkan tahun 2019 yang capai Rp 4,48 triliun. Adapun biaya itu sudah termasuk biaya klaim maupun biaya operasional perusahaan.
Baca Juga: KoinWorks luncurkan microsite lokalsupportlokal.id untuk membantu UKM saat pandemi Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi