Di tengah pandemi, pendapatan premi produk unitlink masih menggemuk



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat masih ada pro dan kontra terkait produk unitlink, kinerja positif masih dicatatkan oleh produk tersebut. Selama semester I-2021, produk unitlink masih mendominasi dengan memiliki kontribusi 62% pendapatan premi berdasarkan jenis produk.

Adapun, premi produk unitlink tumbuh sebesar 17% yoy menjadi Rp 64,44 triliun. Sedangkan, produk tradisional sejatinya mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi sebesar 18,5% yoy menjadi Rp 40,27 triliun.

Hanya saja, Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon mengatakan meski pertumbuhan asuransi tradisional lebih besar tidak serta merta menandakan produk tradisional akan mendominasi produk unitlink.


“Dua produk ini nyatanya masih sama-sama diminati dan sekali lagi memang porsi unitlink ini sudah di atas 60%,” ungkap Budi dalam konferensi pers virtual, Selasa (14/9).

Baca Juga: Industri asuransi jiwa kantongi premi sebesar Rp 104,7 triliun hingga semester I

Budi juga mengakui bahwa memang diantara nasabah yang melakukan surrender, beberapa diantaranya merupakan nasabah unitlink. Hanya saja, premi lanjutan yang didominasi oleh uniltink juga mengalami pertumbuhan 2,8% menjadi Rp 36,70 triliun.

“Produk ini likuid juga. Jadi selain menjanjikan proteksi, ketika nasabah mengalami satu dua alasan, dan membutuhkan sebagian dana, itu pun dipenuhi oleh anggota kami,” ungkap Budi.

Selain itu, Budi juga mengingatkan meskipun produk unitlink beberapa kali mendapatkan komplain, namun tidak sedikit nasabah yang terpenuhi kebutuhan asuransinya melalui produk tersebut. “Terbukti hampir 2/3  produk asuransi yang ada di market Indonesia ini merupakan produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi atau unitlink,” imbuh Budi.

Ketua Bidang Operasional dan Perlindungan Konsumen AAJI Freddy Thamrin juga menegaskan bahwa selama ini produk unitlink bukanlah produk yang bermasalah. Hanya saja, selama ini yang seringkali menjadi masalah ialah terkait pemahaman pemegang polis terhadap produk tersebut.

Baca Juga: Maximus Insurance catatkan kinerja positif hingga semester I-2021

Menurut Freddy, pemegang polis perlu mengetahui betul terkait produk yang dibeli. Oleh karena itu, ia berharap setiap pemegang polis benar-benar mau bertanya dan mempelajari mengenai polisnya sehingga ke depan tidak menimbulkan masalah.

“Banyak komplain dari customer kurang mengerti karena asuransinya volumenya terlalu banyak, porsi investasinya jadi sedikit. Dan kemudian investasi kan juga perlu waktu,” ungkap Freddy.

Selanjutnya: Kata pelaku industri asuransi soal rencana OJK rilis aturan baru unitlink

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi