Di tengah penyelidikan antimonopoli, Mark Zuckerberg bakal bertemu parlemen AS



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. CEO Facebook Mark Zuckerberg bakal berada di Capitol Hill pekan ini untuk bertemu para senator, di saat raksasa media sosial itu menghadapi pennyelidikan dari Komisi Perdagangan Federal (FTC) dan anggota Kongres.

Mengutip Reuters, menurut Faceboork dalam keterangan resmi Rabu (19/9), Zuckerberg akan ada di Washington untuk berbicara tentang peraturan internet masa depan dengan para pembuat kebijakan, tetapi tidak memiliki agenda acara publik.

Zuckerberg bakal menggelar pertemuan dengan parlemen AS, Rabu dan Kamis, di Capitol Hill. Seseorang yang tahu tentang masalah itu mengatakan, Zuckerberg juga berencana mengadakan pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump. Juru bicara Gedung Putih belum mau berkomentar.


Baca Juga: Bisa timbulkan risiko kedaulatan, Prancis desak Uni Eropa atur mata uang Facebook

Ini adalah perjalanan pertama Zuckerberg ke Washington sejak April 2018, ketika saat itu ia menghadapi hujan pertanyaan selama 10 jam dalam pertemuan dua hari dari hampir 100 anggota parlemen AS mengenai masalah privasi dan peraturan.

Facebook, yang kena hukuman denda US$ 5 miliar, tertinggi dalam sejarah AS, dari FTC atas praktik privasi pada Juli lalu, juga menghadapi penyelidikan antimonopoli oleh Komisi Perdagangan Federal dan jaksa negara bagian.

Penyelidikan privasi FTC berawal dari tuduhan bahwa Facebook melanggar aturan 2012 dengan berbagi informasi yang tidak tepat milik 87 juta pengguna dengan konsultan politik Inggris, Cambridge Analytica. Klien konsultan ini termasuk Trump saat kampanye Presiden 2016.

Baca Juga: Facebook ke bank sentral: Libra hanya jadi pelengkap, bukan pengganti mata uang

Jaringan media sosial terbesar di dunia itu juga telah menarik kemarahan Capitol Hill setelah Juni lalu mengumumkan rencana peluncuran mata uang kripto Libra. Proyek yang melibatkan perusahaan keuangan yang berbasis di Swiss ini akan meluncur pada 2020.

Regulator, bank sentral, dan politisi di AS juga Eropa khawatir, Libra berpotensi merusak sistem keuangan dunia dan privasi serta mendorong kejahatan pencucian uang.

Editor: S.S. Kurniawan