KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah
rights issue, investor asing mengakumulasi saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (
BBTN). Pada periode yang sama sebanyak 74% Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) juga telah ditebus menjadi saham baru BBTN. Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing terus mengakumulasi saham induk BBTN, meskipun saham dari emiten spesialis pembiayaan perumahan ini terkoreksi 1,12% pada penutupan Selasa (3/1). Investor asing mencatatkan nilai beli bersih
(net buy) Rp 2,26 miliar dari total transaksi keseluruhan Rp 89,04 miliar pada perdagangan kemarin. Ditambah dengan kemarin, nilai beli bersih investor asing mencapai Rp 29,09 miliar sejak 27 Desember 2022. Akumulasi asing juga terjadi pada HMETD BBTN-R. Kemarin investor asing memborong BBTN-R dengan nilai Rp 663,29 juta. Pada perdagangan kemarin. BBTN-R ditutup pada harga Rp 104.
Dengan harga HMTED tersebut ditambah dengan harga pelaksanaan Rp 1.200 maka modal yang dikeluarkan untuk mendapatkan saham baru BBTN menjadi Rp 1.304. Dengan harga tersebut maka melaksanakan HMETD lebih murah daripada membeli saham induk yang ditutup pada level Rp1.320 pada periode yang sama.
Baca Juga: Simak Prospek Kinerja dan Saham Perbankan pada Tahun 2023 Analis MNC Sekuritas Tirta Citradi mengatakan, yang menarik dalam aksi korporasi ini bahwa saham induk BBTN memiliki valuasi yang murah, dan BBTN-R lebih murah lagi. “Ini kesempatan bagi investor untuk mendapatkan saham dengan prospek bagus namun valuasi masih murah,” ujar dia, Selasa (3/1). Dia menjabarkan baik BBTN-R maupun BBTN memiliki valuasi di bawah 1x
price to book value (PBV). Sementara bank besar lainnya sudah memiliki valuasi di atas 2x PBV. Bahkan modal yang dikeluarkan oleh investor untuk membeli saham BBTN saat ini jauh lebih murah dibandingkan dengan modal investor sebelumnya, terutama saat aksi korporasi. Misalnya, pada pada 2009, BTN menggelar IPO dengan melepas 2,36 miliar saham baru dengan harga saham perdana Rp 800. Nilai itu setara dengan 1,5x PBV BTN sebelum IPO.
Price to book value (PBV) adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan harga saham terhadap nilai buku perusahaan. Rasio PBV yang lebih kecil dari 1 dapat mengindikasikan saham perusahaan adalah murah karena masih lebih rendah dari nilai buku, begitu pula sebaliknya. Sedangkan
rights issue BTN tahun 2012 dengan melepas 1,51 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp1.235 atau setara dengan 1,3x PBV. Kala itu nilai buku per saham BTN sebelum rights issue di sekitar Rp 920.
Baca Juga: Bidik Segmen KPR Non-Subsidi, Simak Rekomendasi Saham Bank Tabungan Negara (BBTN) Setelah 10 tahun berlalu, nilai buku per saham BBTN telah menembus Rp 2.039. Dengan harga pelaksanaan
rights issue Rp 1.200 berarti setara dengan 0,58x PBV. Secara nominal, harga pelaksanaan
rights issue pada 10 tahun lalu juga lebih tinggi, dibandingkan harga
rights issue tahun ini. “Untuk jangka menengah dan panjang, saham BBTN ini memiliki potensi kenaikan yang lebih besar dibandingkan bank lain. Apalagi prospek BBTN pada tahun depan masih tumbuh positif.,” ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 132,31 juta HMETD telah di-
exercise menjadi saham BBTN pada Selasa (3/1). Hal ini menambah jumlah HMETD yang telah di-
exercise sejak 28 Desember 2022 bertambah menjadi 2,55 miliar unit atau 74,17% dari dari total HMETD berkode BBTN-R yang berjumlah 3,44 miliar unit. Setiap HMETD ditebus menjadi saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 1.200 sehingga modal baru yang telah masuk ke BBTN menjadi Rp 3,06 triliun. Target dana
rights issue ini adalah Rp 4,13 triliun. Masa pelaksanaan HMETD BBTN berlangsung sejak 28 Desember 2022 dan berakhir 5 Januari 2023. Masih ada 2 hari perdagangan bursa untuk melaksanakan HMETD BBTN-R. Setelah tanggal 5 Januari maka HMETD tersebut akan hangus, tidak bisa diperdagangkan dan tidak bisa ditebus menjadi saham baru. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati