Di tengah suku bunga tinggi, ini kata analis mengenai pendanaan pilihan emiten



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pertama di 2019 memutuskan tetap mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (BI7DRR) di level 6%. Meskipun demikian, suku bunga acuan ini sudah termasuk tinggi.

Di tengah suku bunga acuan yang telah naik 175 basis point sepanjang tahun lalu, sejumlah instrumen pendanaan masih bisa dicermati oleh emiten.

Analis Phintacro Sekuritas Valdy Kurniawan menilai, pilihan pendanaan bergantung pada tujuan penggunaan dana tersebut. Menurut Valdy, penerbitan saham baru memang relatif lebih murah, tapi prosesnya lebih panjang dan rumit. "Pemilik saham mayoritas juga perlu ikut serta dalam penyertaan tersebut," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (18/1).


Sementara, pinjaman bank relatif lebih cepat dan mudah prosesnya, tapi relatif lebih menguras dana. Selain itu, ada risiko suku bunga ketika emiten memilih pinjaman bank. "Namun, suku bunga acuan dan nilai tukar diperkirakan lebih stabil tahun ini, jadi risikonya relatif lebih rendah dari tahun kemarin," jelas Valdy.

Valdy menambahkan, kalau emiten membutuhkan dana untuk ekspansi jangka panjang, dengan kondisi ekonomi Indonesia kondusif dan ada kesanggupan dari pemegang saham mayoritas, penerbitan saham bisa menjadi alternatif utama.

Senada, Kepala Riset Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe berpendapat, emiten tentu mencari opsi yang lebih baik bagi kebutuhan perusahaan. "Kalau IHSG lagi bullish, para emiten akan milih initial public offering (IPO). Untuk perusahaan yang sudah IPO, mereka akan mempertimbangkan penerbitan obligasi jika utang bank mahal," kata Kiswoyo kepada Kontan.co.id, Sabtu (19/1).

Kiswoyo menambahkan, meskipun suku bunga sedang tinggi, tapi ia memprediksi suku bunga akan tertahan pada tahun ini. Pinjaman bank juga bisa menjadi opsi emiten tahun ini. "Ini karena the Fed nampaknya tidak akan menaikkan suku bunga lagi untuk tahun ini," katanya.

Selain itu, pilihan jenis pendanaan bergantung sektor emiten. Misalnya, untuk emiten barang konsumsi, tampaknya tidak masalah untuk menggunakan utang bank. "Itu karena turnover-nya cepat," ujar Kiswoyo.

Sementara, analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji menyarankan, emiten bisa menggunakan ekuitas, sembari menunggu BI menurunkan BI 7 day repo rate.

Namun, senada dengan kedua analis di atas, Nafan memprediksi, suku bunga acuan bisa tertahan karena the Fed diprediksi tidak akan menaikkan suku bunga acuan secara agresif di tahun ini. "Mungkin saja ini bisa juga dijadikan pertimbangan emiten," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (20/1).

Nafan menambahkan juga, pilihan pendanaan bergantung pada prioritas masing-masing emiten, misalnya dengan mempertimbangkan kinerja fundamental perusahaan. Selain itu, emiten juga akan mempertimbangkan faktor makroekonomi tahun ini, baik global maupun domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati