KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran covid-19 yang telah terkendali membawa Indonesia ke masa transisi dari pandemi menuju endemi. Sejumlah aturan pun dilonggarkan, mulai dari izin keramaian dan penyelenggaraan acara, pelonggaran aturan perjalanan, hingga relaksasi pemakaian masker. Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat transisi covid-19 dari pandemi menjadi endemi membawa kabar baik bagi pasar saham. Pengendalian kasus covid-19 memiliki relasi dengan pemulihan ekonomi dan daya beli. Konsumsi masyarakat yang meningkat memberikan kesempatan yang besar bagi emiten untuk mendorong laju bisnisnya setelah tertahan selama dua tahun terakhir. Di sisi lain, sejauh ini dukungan kebijakan dari pemerintah dan Bank Indonesia dinilai telah memperlebar jalan proses pemulihan ekonomi dan untuk dapat bertahan menghadapi ketidakpastian di pasar secara global.
Baca Juga: Saham GOTO Menguat ke Rp 314 pada Senin (30/5), Simak Rekomendasi Sahamnya "Hal ini yang diapresiasi oleh pelaku pasar dan investor karena ada
confidence yang tumbuh serta optimis pemulihan ekonomi yang berkelanjutan. Sejauh ini mulai stabil meskipun adanya tekanan dari ketidakpastian dari global," ujar Nico saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (30/5). Nico memandang sektor
consumer non-cyclical, komoditas dan energi, serta transportasi dan logistik menjadi sektor yang mendapatkan sentimen positif dari pasar akibat pemulihan ekonomi. Begitu juga dengan sektor perbankan dan industri yang turut terpapar efek positif. Sedangkan sektor pariwisata dan perhotelan maupun emiten dengan bisnis
entertainment memang dalam masa pemulihan, namun tidak dalam tren yang terakselerasi. Sehingga Nico memperkirakan proses pemulihan sektor tersebut akan berlangsung lebih lama daripada sektor yang lainnya. "Naiknya beberapa barang pokok masih akan membuat masyarakat menahan konsumsinya, dan lebih berhati-hati serta memilah mana yang merupakan prioritas," imbuh Nico.
Baca Juga: Saham Big Cap Mendominasi Daftar Laggard, Begini Rekomendasi Saham dari Analis Dengan adanya faktor ketidakpastian global dan kenaikan harga barang tersebut, Nico pun menyarankan agar pelaku pasar tetap bersikap realistis dan hati-hati. Sebab, meski penanganan covid-19 berubah status dari pandemi menjadi endemi, kondisi pasar bisa saja sewaktu-waktu berubah ke arah yang tidak terduga. "Tetap pilih investasi sesuai profil risiko dan durasi investasi, serta kelola risiko dalam berinvestasi," ujar Nico. Analis Fundamental B-Trade Raditya Krisna Pradana mengamini, investor tetap mesti bersikap waspada. Sebab katalis global masih membayangi bursa saham. Termasuk terkait dengan kenaikan suku bunga, perang Rusia-Ukraina dan ancaman resesi di Amerika Serikat. Di tengah transisi dari pandemi menjadi endemi, Raditya memandang sektor
consumers baik
cyclical maupun
non-cyclical mendapat efek positif. Khususnya karena kenaikan daya beli masyarakat serta rantai distribusi yang relatif lebih lancar. Sektor lain yang berpotensi terdongkrak adalah properti, terutama yang memiliki lini bisnis pusat perbelanjaan. Selain itu, pengendalian pandemi covid-19 juga bisa membuat proyek atau pembangunan perumahan menjadi lebih lancar. Kemudian, terkendalinya penyebaran covid-19 juga menjadi kabar baik bagi emiten di sektor konstruksi. Pasalnya, banyak pengerjaan proyek yang sebelumnya terhambat akibat covid-19, kini dapat kembali normal. Di samping itu, sektor transportasi juga ikut terdongkrak. "Namun perlu digarisbawahi, sektor transportasi sudah naik signifikan akhir-akhir ini, jadi perlu bijak untuk masuk. Untuk sektor lainnya, menurut kami masih relatif murah," kata Raditya.
Baca Juga: Cuan Obligasi Global yang Tidak Terkena Pajak Senior Technical Analyst Henan Putihrai Sekuritas Liza Camelia Suryanata melihat perubahan status dari pandemi menjadi endemi membuat pergerakan sektor padat karya kembali terbuka. Terlebih pemerintah pun kembali menggenjot sektor konstruksi. Pengerjaan proyek infrastruktur terus dikejar hingga semester pertama tahun 2024. Apalagi ada peluang dari mega proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur. Menimbang hal itu, Liza menilai saham-saham emiten di sektor konstruksi menarik untuk dicermati. "Menarik untuk memperhatikan sinyal rebound pada saham-saham sektor konstruksi yang terbilang
lagging, diantaranya adalah
WIKA,
WSKT,
ADHI,
PTPP," kata Liza. Untuk saham WIKA, Liza memberikan rekomendasi
buy on break >Rp 970,
average up >Rp 1.000 dengan target di area Rp 1.150 - Rp 1.180. Lalu,
buy WSKT dengan
average up >Rp 560 dengan proyeksi target menuju Rp 690 - Rp 700.
Baca Juga: IHSG Diproyeksi Lanjutkan Penguatan pada Selasa (31/5) Sementara itu, Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan pengendalian covid-19 menguntungkan bagi emiten di sektor transportasi, konsumsi dan jasa yang bergantung pada mobilitas masyarakat. Di sisi lain, sektor konsumsi dan keuangan secara fundamental paling menarik terkait pulihnya aktivitas masyarakat.
"Untuk saham transportasi dapat dicermati apakah secara pendapatan akan stabil. (Saham) bank juga masih menarik, lalu
consumer goods seperti
ICBP," ujar Wawan. Adapun, Nico menjagokan saham
ICBP,
BMRI,
BBNI,
BBCA,
AALI,
ASSA,
JSMR,
TLKM, dan
TBIG untuk dapat diperhatikan pelaku pasar di tengah alih status cobid-19 menjadi endemi. Sedangkan Raditya memberikan rekomendasi
buy untuk saham
ACES dengan target Rp 1.070. Kemudian
buy saham
UNVR,
WIKA, dan
SMRA dengan target masing-masing di Rp 5.200, Rp 995 dan Rp 755. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati