Di tengah volatilitas pasar, AUM reksadana saham mampu tumbuh Rp 15,7 triliun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana saham tampil sebagai penopang utama pertumbuhan dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksadana secara keseluruhan. Hal ini mengingat AUM reksadana tersebut bertambah signifikan sepanjang semester pertama lalu.

Berdasarkan data Infovesta Utama, dana kelolaan reksadana saham tumbuh 12,17% (ytd) atau Rp 15,7 triliun menjadi Rp 144,61 triliun hingga akhir Juni silam.

Di saat yang sama, sejumlah reksadana lain justru menurun dana kelolaannya. Misal, dana kelolaan reksadana pendapatan tetap yang berkurang Rp 4,24 triliun menjadi Rp 102,40 triliun. Lalu, dana kelolaan reksadana campuran yang berkurang Rp 2 triliun menjadi Rp 26,48 triliun. Begitu pula dana kelolaan reksadana pasar uang yang sempat mengalami tren kenaikan namun ujung-ujungnya berkurang Rp 0,01 triliun menjadi Rp 51,82 triliun.


Managing Director, Head Sales & Marketing Henan Putihrai Asset Management, Markam Halim mengatakan, kenaikan dana kelolaan reksadana saham cenderung pesat di kuartal I-2018. Pasalnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang dalam fase bullish di periode tersebut, terutama di bulan Februari.

Kondisi pasar yang kondusif pada akhirnya mendorong peningkatan nilai aset dan jumlah investor pada reksadana saham. Alhasil, dana kelolaan reksadana tersebut meningkat.

Sekadar informasi, dana kelolaan reksadana saham di bulan Februari berada di level Rp 143,33 triliun. Angka ini melonjak Rp 8,09 triliun dibanding bulan Januari yang tercatat sebesar Rp 135,24 triliun.

Namun, pasar saham mengalami gejolak akibat tekanan internal dan eksternal di sepanjang kuartal II. Hal itu membuat pertumbuhan dana kelolaan reksadana saham cenderung stagnan selama periode tersebut. Bahkan, koreksi yang terjadi di pasar mengakibatkan dana kelolaan reksadana saham sempat turun Rp 1,92 triliun di bulan Juni kemarin.

Direktur Bahana TCW Investment, Soni Wibowo menyebut, di tengah pasar yang terkoreksi, permintaan investor terhadap reksadana saham sebenarnya tetap ada walaupun tidak sebesar di awal semester I. “Sebagian investor melihat penurunan IHSG sebagai kesempatan untuk akumulasi beli, baik melalui fresh money atau switching dari reksadana lain,” tuturnya, Selasa (24/7).

Ia melanjutkan, dana kelolaan reksadana saham masih berpotensi tumbuh secara signifikan di semester kedua kendati tantangannya cukup berat. Sebab, kenaikan tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar saham itu sendiri.

Senada, Markam bilang, jika IHSG mampu rebound secara berkelanjutan, akan ada banyak investor dengan jumlah dana yang besar masuk ke reksadana saham. “Tapi kalau situasi pasar masih tidak pasti seperti saat ini, investor cenderung wait and see,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia