JAKARTA. Ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia ke Turki terancam. Pasalnya saat ini Turki sudah menandatangani perjanjian perdagangan di bidang tertentu atau preferential trade agreement (PTA) dengan Malaysia. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, dengan penerapan PTA tersebut, maka bea masuk (BM) minyak sawit asal Malaysia ke Turki menjadi menurun dari 31% menjadi 20%. "Jadi kita 11% lebih mahal dari Malaysia. Kita musti melakukan tindakan untuk bisa jalan ke sana (Turki)," katanya, Jumat (6/6). Lutfi khawatir, bila PTA antara Malaysia dengan Turki pada bulan Juni ini sudah dapat diberlakukan maka harga CPO Indonesia ke Turki menjadi kalah bersaing karena lebih mahal. Oleh sebab itu, Lutif bilang ada dua langkah yang dapat dilakukan yakni berkoordinasi dengan Indonesian Palm Oil Commission (IPOC) atau Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI).
Di Turki, CPO Indonesia kalah dengan Malaysia
JAKARTA. Ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia ke Turki terancam. Pasalnya saat ini Turki sudah menandatangani perjanjian perdagangan di bidang tertentu atau preferential trade agreement (PTA) dengan Malaysia. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, dengan penerapan PTA tersebut, maka bea masuk (BM) minyak sawit asal Malaysia ke Turki menjadi menurun dari 31% menjadi 20%. "Jadi kita 11% lebih mahal dari Malaysia. Kita musti melakukan tindakan untuk bisa jalan ke sana (Turki)," katanya, Jumat (6/6). Lutfi khawatir, bila PTA antara Malaysia dengan Turki pada bulan Juni ini sudah dapat diberlakukan maka harga CPO Indonesia ke Turki menjadi kalah bersaing karena lebih mahal. Oleh sebab itu, Lutif bilang ada dua langkah yang dapat dilakukan yakni berkoordinasi dengan Indonesian Palm Oil Commission (IPOC) atau Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI).