JAKARTA. Prospek bisnis sektor jasa keuangan di Indonesia terbilang cerah. Cerahnya bisnis ini mampu membuat pihak asing kepincut.Teranyar, Sumitomo Mitsui Banking Corp (SMBC) tengah berbicara lebih lanjut untuk mengakuisisi mayoritas saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) senilai US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 11,5 triliun. Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, SMBC mengincar 40% saham BTPN milik Texas Pacific Group (TPG) Capital, private equity asal Amerika Serikat (AS) dengan dana kelolaan US$ 55 miliar.Rencananya, penguasaan 40% saham BTPN oleh bank asal Jepang ini dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, SMBC membeli 1,41 miliar (24,26%) saham dengan nilai Rp 6.500 per sahamnya. Artinya, proses ini bakal menelan biaya sekitar Rp 9,2 triliun. Dari transaksi pertama ini, SMBC mulai menguasai BTPN dengan membeli 16,87% saham BTPN yang dikempit anak usaha TPG, TPG Nusantara Sari. Sementara sisanya, sebesar 7,39% dibeli dari pasar.Tahap kedua, SMBC akan membeli 15,74% saham yang hingga saat ini belum jelas berapa nilai transaksinya karena masih menunggu persetujuan otoritas, termasuk Bank Indonesia. Tapi, berdasarkan Analisa Saham dan Perunjuk Investasi Panin Sekuritas, jika mengacu pada harga akuisisi tahap pertama, maka nilai transaksi tahap kedua bisa mencapai Rp 5,9 triliun. Dengan demikian, total transaksi 40% saham BTPN diprediksi bisa mencapai Rp 15,1 triliun."Jika semua prosesnya selesai, BTPN harus bisa memanfaatkan nama besar SMBC," ujar Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities, Kepada KONTAN, akhir pekan lalu.Menurut Reza, keinginan SMBC untuk mengakuisisi BTPN didasari oleh minat mereka untuk memperbesar distribusi pelayanan ke Indonesia. Nah, manajemen BTPN juga harus jeli melihat peluang jika kinerjanya ingin meroket.Perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia cukup banyak. BTPN bisa menjual produknya ke karyawan perusahaan perusahaan tersebut, khususnya untuk para pensiunan. Jadi, ini merupakan peluang besar bagi BTPN untuk memperluas pangsa pasarnya."Jadi, kinerja BTPN bisa lebih cemerlang, dengan catatan harus ada win win solution di antara mereka," pungkas Reza.Gema Goeyardi, President and Founder Astronnaci International, memiliki pendapat senada. Menurutnya, akuisisi dari suatu perusahaan tentunya mempunyai maksud baik, dimana perusahaan yang diakuisi tersebut diharapkan dapat berkembang dan maju sehingga dapat memberikan expected return bagi pihak yang mengakuisisi.Kondisi yang sama juga dialami oleh BTPN, dimana pihak yang mengakuisi yaitu SMBC yang merupakan salah satu bank international dengan tingkat kredibilitas dan keuangan yang terpercaya di wilayah Asia, terutama Jepang."Hal ini tentunya akan menjadi sangat prospektif untuk outlook BTPN ke depan," tukas Gema.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Diakuisisi SMBC, BTPN harus jeli lihat peluang
JAKARTA. Prospek bisnis sektor jasa keuangan di Indonesia terbilang cerah. Cerahnya bisnis ini mampu membuat pihak asing kepincut.Teranyar, Sumitomo Mitsui Banking Corp (SMBC) tengah berbicara lebih lanjut untuk mengakuisisi mayoritas saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) senilai US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 11,5 triliun. Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, SMBC mengincar 40% saham BTPN milik Texas Pacific Group (TPG) Capital, private equity asal Amerika Serikat (AS) dengan dana kelolaan US$ 55 miliar.Rencananya, penguasaan 40% saham BTPN oleh bank asal Jepang ini dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, SMBC membeli 1,41 miliar (24,26%) saham dengan nilai Rp 6.500 per sahamnya. Artinya, proses ini bakal menelan biaya sekitar Rp 9,2 triliun. Dari transaksi pertama ini, SMBC mulai menguasai BTPN dengan membeli 16,87% saham BTPN yang dikempit anak usaha TPG, TPG Nusantara Sari. Sementara sisanya, sebesar 7,39% dibeli dari pasar.Tahap kedua, SMBC akan membeli 15,74% saham yang hingga saat ini belum jelas berapa nilai transaksinya karena masih menunggu persetujuan otoritas, termasuk Bank Indonesia. Tapi, berdasarkan Analisa Saham dan Perunjuk Investasi Panin Sekuritas, jika mengacu pada harga akuisisi tahap pertama, maka nilai transaksi tahap kedua bisa mencapai Rp 5,9 triliun. Dengan demikian, total transaksi 40% saham BTPN diprediksi bisa mencapai Rp 15,1 triliun."Jika semua prosesnya selesai, BTPN harus bisa memanfaatkan nama besar SMBC," ujar Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities, Kepada KONTAN, akhir pekan lalu.Menurut Reza, keinginan SMBC untuk mengakuisisi BTPN didasari oleh minat mereka untuk memperbesar distribusi pelayanan ke Indonesia. Nah, manajemen BTPN juga harus jeli melihat peluang jika kinerjanya ingin meroket.Perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia cukup banyak. BTPN bisa menjual produknya ke karyawan perusahaan perusahaan tersebut, khususnya untuk para pensiunan. Jadi, ini merupakan peluang besar bagi BTPN untuk memperluas pangsa pasarnya."Jadi, kinerja BTPN bisa lebih cemerlang, dengan catatan harus ada win win solution di antara mereka," pungkas Reza.Gema Goeyardi, President and Founder Astronnaci International, memiliki pendapat senada. Menurutnya, akuisisi dari suatu perusahaan tentunya mempunyai maksud baik, dimana perusahaan yang diakuisi tersebut diharapkan dapat berkembang dan maju sehingga dapat memberikan expected return bagi pihak yang mengakuisisi.Kondisi yang sama juga dialami oleh BTPN, dimana pihak yang mengakuisi yaitu SMBC yang merupakan salah satu bank international dengan tingkat kredibilitas dan keuangan yang terpercaya di wilayah Asia, terutama Jepang."Hal ini tentunya akan menjadi sangat prospektif untuk outlook BTPN ke depan," tukas Gema.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News