KONTAN.CO.ID - LONDON. Resesi mengancam dunia. Data-data ekonomi dunia juga memburuk. Salah satunya, ekonomi Inggris yang menghadapi stagnasi tahun depan dan bisa jatuh ke dalam jurang resesi. Hal ini diungkapkan oleh Konfederasi Industri Inggris (CBI) setelah memangkas prospek pertumbuhan seiring melonjaknya inflasi. CBI menjadi lembaga ketiga yang memangkas perkiraan pertumbuhan untuk Inggris dalam seminggu terakhir. Menyusul penurunan peringkat dari Kamar Dagang Inggris dan peringatan dari Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) bahwa Inggris yang memiliki prospek paling lemah dari semua ekonomi utama kecuali Rusia.
"Biar saya perjelas, kami memperkirakan ekonomi akan sangat stagnan. Tidak perlu banyak hal untuk mengarahkan kami ke dalam resesi. Jika tidak, itu akan menjadi satu opsi untuk banyak orang," kata direktur jenderal CBI Tony Danker dikutip dari Reuters, Senin (13/6).
Baca Juga: Tingkat Inflasi Amerika Tertinggi Sejak 1981, Gara-gara Harga Bensin dan Makanan Bahkan pendapatan rumah tangga turun 2,2% tahun ini, penurunan terbesar sejak pencatatan dimulai pada 1950-an. Walaupun pemerintah Inggris memberikan stimulus untuk biaya hidup warganya senilai US$ 46 miliar. CBI memperkirakan ekonomi Inggris akan tumbuh 1,0% pada tahun depan, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,0%. Sementara tahun ini, lembaga ini memproyeksi ekonomi tumbuh 3,7% karena melihat output yang lebih baik dari tahun lalu. CBI mendesak pemerintah mengganti potongan pajak yang besar atas investasi bisnis yang akan berakhir, dan untuk menghindari tindakan sepihak dalam perselisihan dengan Uni Eropa mengenai aturan perdagangan pasca-Brexit untuk Irlandia Utara. "Ini adalah serangkaian statistik yang sulit untuk diterima. Perang di Ukraina, pandemi global, ketegangan yang berkelanjutan pada rantai pasokan - semuanya didahului oleh Brexit - telah terbukti menjadi resep beracun bagi pertumbuhan Inggris," kata kepala ekonom CBI Rain Newton-Smith.
Baca Juga: Makin Suram, Bank Dunia Gunting Lagi Proyeksi Ekonomi Global Tahun Ini Tak hanya Inggris, Badan Bea Cukai Korea Selatan mencatat ekspor untuk 10 hari pertama menyusut 12,7% yoy pada Juni 2022. Impor justru tumbuh 17,5% yang membuat neraca perdagangan menjadi defisit US$ 6 miliar. Produk sampingan, ekspor semikonduktor tumbuh 0,8% dan produk minyak bumi melonjak 94,5%, tetapi ekspor mobil, suku cadang mobil, dan perangkat komunikasi nirkabel masing-masing turun 35,6%, 28,8%, dan 27,5%.
Berdasarkan tujuan, pengiriman ke China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa masing-masing menyusut 16,2%, 9,7%, dan 23,3%.
Baca Juga: Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Tahun Ini Jadi 2,9% Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) mencatat indeks harga konsumen AS meningkat lebih besar dari perkiraan 8,6% yoy pada bulan lalu, kenaikan terbesar sejak Desember 1981. Kondisi itu menghancurkan harapan karena inflasi telah mencapai puncaknya, dan membuat pasar makin khawatir terhadap kebijakan ketat The Fed yang dapat menyebabkan perlambatan ekonomi.
Editor: Noverius Laoli