Dian Swastatika (DSSA) Anggarkan Capex Rp 5,59 Triliun, Simak Strategi Bisnisnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) mengejar pertumbuhan kinerja pada masing-masing lini usahanya. Guna memuluskan strategi bisnis pada tahun 2024, DSSA menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar US$ 350 juta.

Sekadar gambaran saja, anggaran capex DSSA pada tahun ini setara dengan Rp 5,59 triliun jika dikonversi dengan asumsi kurs Rp 15.990 per dolar Amerika Serikat.  Sekretaris Perusahaan Dian Swastatika Sentosa Susan Chandra mengungkapkan capex DSSA tersebut rencananya akan dialokasikan untuk sejumlah keperluan, terutama untuk mengembangkan infrastruktur multimedia.

Namun Susan belum membeberkan sudah sejauh mana progres penyerapan capex DSSA. 


"Untuk realisasi belanja modal hingga kuartal I-2024 belum dapat kami informasikan, mempertimbangkan karena laporan keuangan konsolidasian per 31 Maret 2024 saat ini masih dalam proses audit," kata Susan kepada Kontan.co.id beberapa hari lalu.

Baca Juga: Rencana Stock Split Memoles Prospek Saham DSSA

Sebagai pilar grup konglomerasi Sinar Mas di bidang energi dan infrastruktur, DSSA menyiapkan sejumlah strategi untuk menjaga performa bisnisnya. Susan menerangkan sederet rencana bisnis DSSA pada masing-masing segmen usahanya.

Di bisnis pertambangan dan perdagangan batubara, melalui entitas anaknya, DSSA akan lebih responsif dalam memitigasi faktor cuaca dan selektif dalam melakukan belanja modal. Sehingga diharapkan bisa meningkatkan efisensi produksi untuk menekan biaya dan meningkatkan profitabilitas.

"Kami juga akan konsisten dalam mengembangkan infrastruktur yang mendukung strategi pemasaran batubara, memanfaatkan energi ramah lingkungan, mengembangkan digitalisasi operasional, dan sigap terhadap situasi global," ungkap Susan.

Sekadar mengingatkan, DSSA merupakan pengendali dari emiten batubara PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS). Selain dari GEMS, bisnis batubara DSSA juga dijalankan oleh PT Bumi Kencana Eka Sejahtera (Grup BKES).

Berkaca dari kinerja tahun 2023, bisnis pertambangan dan perdagangan batubara masih menjadi kontributor terbesar dengan porsi 93,2% terhadap pendapatan DSSA. Pendapatan lainnya berasal dari perdagangan pupuk dan bahan kimia (4,2%), multimedia (1,8%), penyediaan tenaga listrik dan uap (0,8%) dan dari bisnis lainnya.

Susan bilang, DSSA juga berupaya meningkatkan pendapatan dari setiap segmen bisnis lainnya. Pertama, dari bisnis energi baru dan terbarukan (EBT), DSSA melalui entitas anak telah mulai menjajaki peluang untuk bertransisi dan masuk ke dalam lini bisnis energi surya dan tenaga panas bumi.

Kedua, bisnis teknologi. DSSA akan mengoptimalkan peluang yang ada dengan terus memperluas prasarana infrastruktur teknologi yang terintegrasi serta melakukan penawaran ragam produk yang sesuai kebutuhan pasar dengan harga kompetitif.

"Perseroan melalui entitas anak juga telah mulai menjelajahi bisnis layanan klinik & apotik berbasis teknologi dan bisnis pusat data serta melakukan investasi portofolio pada beberapa perusahaan teknologi untuk memperluas ekosistem digital dan sinergi bisnis," terang Susan.

Baca Juga: Saham Termahal BEI Jadi Top Gainers, Simak Rekomendasi Saham Dian Swastatika (DSSA)

Ketiga, bisnis perdagangan pupuk dan bahan kimia. DSSA melalui entitas anak melakukan reorganisasi dan transformasi cabang dari yang berorientasi pada operasi menjadi berorientasi pada laba, serta mengembangkan rantai pasokan. "Perseroan mentargetkan masing-masing lini usaha tetap dapat mempertahankan pertumbuhan usahanya," tegas Susan.

Saham Termahal di BEI

Secara angka, DSSA merupakan saham dengan harga termahal di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebelum libur panjang akhir pekan, harga DSSA masih mampu melejit 21.400 poin atau melonjak 13,67% pada Rabu (22/5) ke level Rp 178.000 per saham.

Sadar bahwa harga saham sudah mahal atau sulit terjangkau investor, manajemen DSSA pun mengambil aksi korporasi untuk memecah nilai nominal saham alias stock split. DSSA berencana melakukan stock split dengan rasio 1:10.

DSSA akan meminta persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) atas aksi korporasi ini pada 25 Juni 2024. Susan Chandra mengungkapkan posisi harga DSSA yang sudah di atas Rp 100.000 per saham menjadi perhatian manajemen.

Level harga tersebut menyebabkan nilai pembelian untuk satu lot saham DSSA hanya dapat terjangkau bagi sebagian kecil investor, sehingga perdagangan sahamnya menjadi tidak likuid. Oleh sebab itu, DSSA pun berencana menggelar stock split.

Baca Juga: Jadi Saham Paling Mahal di BEI, Dian Swastatika (DSSA) Bakal Stock Split

"Kami optimistis bahwa dengan kinerja operasional dan keuangan Perseroan yang baik serta harga saham yang terjangkau akan meningkatkan minat investor untuk membeli saham Perseroan," ungkap Susan.

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengamati dengan posisi harga yang sudah tinggi, likuiditas saham DSSA di pasar menjadi sangat kecil. Adapun, kenaikan harga saham DSSA disebabkan kondisi demand yang masih lebih tinggi dibandingkan tekanan jual.

Sukarno menduga ketertarikan investor terhadap saham DSSA karena mempertimbangkan posisi strategisnya di dalam konglomerasi grup Sinar Mas. Selain itu, DSSA juga terbilang rajin menggelar transaksi afiliasi dengan sesama emiten di grup Sinar Mas.

Sejumlah aksi tersebut, ditambah dengan penerbitan obligasi dan sukuk, memberikan sinyal DSSA punya prospek pengembangan usaha. "Bisa jadi salah satu alasan investor tetap hold dan buy (saham DSSA) karena ekspansi yang dilakukannya," kata Sukarno kepada Kontan.co.id beberapa hari lalu.

Sukarno melihat, rencana stock split memberikan sentimen positif terhadap saham DSSA. 

"Paling tidak ini bisa meningkatkan likuiditas di pasar dibandingkan harga sekarang," tandas Sukarno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi