Dian Swastatika Sentosa (DSSA) rampungkan proyek PLTU Kalteng-1



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan energi dan infrastruktur PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) telah merampungkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Kalteng-1 yang berkapasitas 2x100 MW di Tumbang Kajuei, Kalimantan Tengah.

Sekretaris Perusahaan DSSA Susan Chandra menyampaikan, PLTU Kalteng-1 telah beroperasi secara komersial pada bulan November 2020. Listrik yang dihasilkan oleh PLTU tersebut seluruhnya dipasok ke PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebagai single offtaker atau pembeli tunggal. “Kami memiliki kontrak jual-beli listrik dengan PLN selama 25 tahun,” ujar Susan kepada Kontan, Selasa (29/12).

Susan menyebut, tanggal 23 Desember 2020, DSSA telah melakukan pengalihan 75% saham PT DSSP Power Mas Utama selaku induk usaha PT SKS Listrik Kalimantan. Perusahaan ini bertindak sebagai operator IPP PLTU Kalteng-1.


Baca Juga: Pemerintah kejar produksi minyak 1 juta bph, Elnusa yakin kinerja tahun depan membaik

Adapun 75% saham milik DSSP Power Mas Utama tersebut dialihkan kepada Datang Overseas Energy Investment Co Ltd, sebuah perusahaan asal Hongkong.

Dalam keterbukaan informasi BEI hari ini (29/12), disebutkan bahwa harga pengambilalihan saham DSSP Power Mas Utama senilai US$ 394 juta. Akibat transaksi tersebut, Datang Overseas Energy menjadi pemegang saham mayoritas dan pengendali DSSP Power Mas Utama. Sedangkan sisa 25% kepemilikan saham DSSP Power Mas Utama dipegang oleh PT Energi Mas Anugrah Semesta yang 99% sahamnya dipunyai oleh DSSA.

“Dengan pengalihan ini, maka DSSA tidak mengkonsolidasikan laporan keuangan Power Mas Utama (PMU) dan entitas anak PMU dalam laporan keuangan berikutnya,” ungkap Susan.

Lebih lanjut, DSSA masih akan mengawal pengembangan diversifikasi bisnisnya di tahun depan. Asal tahu saja, DSSA melalui anak usahanya, Golden Energy and Resources (GEAR) memiliki tambang batu bara metalurgi berkat akuisisi saham Stanmore Coal pada Mei 2020. Melalui GEAR pula, DSSA juga memiliki tambang emas Ravenswood di Australia.

Susan mengatakan, investasi di Stanmore Coal dan Ravenswood pada dasarnya dilakukan melalui entitas anak usaha tidak langsung. Terlepas dari itu, DSSA selaku induk usaha akan tetap mempertimbangkan setiap peluang bisnis dari kedua tambang tersebut yang dapat menambah nilai bagi perusahaan.

Baca Juga: Repower Asia (REAL) menggandeng Bank Jabar Banten Syariah untuk pembiayaan KPR

Berdasarkan berita terdahulu, Stanmore Coal diperkirakan mampu memproduksi batu bara metalurgi sekitar 2,1 juta ton pada tahun 2020. Stanmore Coal sendiri masih melakukan perhitungan secara internal terkait target produksi di tahun depan.

Sementara itu, produksi emas dari Ravenswood diperkirakan mencapai 45.000 ons pada periode April hingga Desember 2020. Sedangkan di tahun 2021 nanti, Ravenswood diprediksi mampu menghasilkan emas hingga 120.000 ons troi.

Dari sisi keuangan, hingga kuartal III-2020, pendapatan usaha DSSA secara konsolidasi turun 6,72% (yoy) menjadi Rp 1,11 triliun. Di periode yang sama, laba bersih DSSA juga turun 5,33% (yoy) menjadi Rp 26,63 miliar. “Kontributor utama pendapatan perusahaan pada tahun ini dan tahun depan masih akan berasal dari bisnis pertambangan dan perdagangan batu bara,” tandas Susan.

Selanjutnya: Perusahaan Hong Kong akuisisi aset PLTU Dian Swastatika (DSSA) senilai US$ 394 juta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi