Dianggap anti Israel, Amerika keluar dari UNESCO



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di bawah kepemimpinan Donald Trump, Amerika Serikat terus membuat kebijakan mengejutkan. Terbaru, AS memutuskan untuk hengkang dari Badan PBB untuk Kebudayaan dan Pendidikan (UNESCO).

AS mengkritik pedas sikap UNESCO yang dianggap anti terhadap Israel. Selain masalah cara pandang terhadap Israel, ada juga alasan keuangan. 

"Tidak mudah untuk mengambil keputusan ini. (Keputusan ini) menggambarkan keprihatinan AS terhadap tunggakan pembayaran yang menggunung di UNESCO, perlunya reformasi mendasar di dalam organisasi ini, serta bias anti-Israel yang terus berlanjut," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert dalam pernyataan, seperti dikutip The Independent, kemarin.


Asal tahu saja, AS merupakan penyumbang seperlima pendanaan UNESCO. Setiap tahun, AS memberikan 80 juta dolar (sekitar Rp1,08 triliun).

Pencabutan keanggotaan AS merupakan pukulan keras bagi organisasi yang bermarkas di Paris itu.

UNESCO mulai menjalankan kegiatan pada 1946 dan selama ini dikenal sebagai lembaga yang menetapkan situs-situs Warisan Dunia, seperti kota kuno Palmyra di Suriah dan Taman Nasional Grand Canyon di AS.

Menurut peraturan UNESCO, pengunduran diri itu mulai berlaku pada akhir Desember 2018. Hingga tiba saatnya nanti, Amerika masih terikat sebagai anggota penuh.

Organisasi dunia yang mempekerjakan sekitar 2.000 orang di seluruh dunia itu telah sekian lama menjadi sasaran kecaman soal penggunaan sumber dayanya. Serta resolusi-resolusi yang dianggap Israel dan sejumlah negara lainnya sebagai sikap yang bias alias menyimpang.

Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova menyatakan kecewa atas keputusan AS itu.

"Pada saat berbagai konflik terus mengoyak masyarakat di seluruh duni, sangat disayangkan bahwa AS mengundurkan diri dari badan PBB yang mendorong pendidikan untuk perdamaian dan melindungi kebudayaan yang terancam," katanya.

UNESCO sedang berada dalam proses untuk memilih kepala baru, yang prioritasnya akan berupa menghidupkan kembali berbagai kekayaan organisasi itu.

Yang jelas, langkah AS tersebut menggarisbawahi ketidakpercayaan yang dinyatakan Presiden Donald Trump bahwa Amerika Serikat tetap perlu mengikatkan diri dengan badan-badan multilateral.

Donald Trump telah menggaungkan kebijakan "Amerika Terlebih Dahulu", yang lebih mendahulukan kepentingan ekonomi dan nasional AS dibandingkan komitmen internasional.

Sejak Trump menjabat sebagai presiden, AS langsung menarik diri dari perundingan perdagangan Trans-Pacific Partnership. Trump juga menarik diri dari kesepakatan Paris soal iklim serta membuka upaya merundingkan kembali kesepakatan perdagangan dengan Kanada dan Meksiko (NAFTA), yang telah berlangsung puluhan tahun.

Para diplomat mengemukakan kekhawatiran soal mundurnya AS dari UNESCO.

"Ketidakhadiran Amerika Serikat atau negara manapun yang memiliki banyak kekuatan adalah suatu kehilangan. Ini bukan hanya masalah uang, tapi juga soal memajukan kondisi ideal yang penting bagi negara-negara seperti Amerika Serikat, seperti pendidikan dan kebudayaan," kata seorang diplomat.

Dengan alasan berbeda, Inggris, Jepang dan Brazil merupakan tiga dari sejumlah negara yang belum membayar iuran mereka untuk 2017, demikian Reuters melaporkan.

Editor: Dessy Rosalina