KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (HRUM) mencatatkan pendapatan sebesar US$ 925,52 juta di tahun 2023. Melansir keterbukaan informasi BEI, meskipun pendapatan berhasil naik, tetapi laba HRUM tercatat turun di tahun lalu. HRUM mencatatkan pendapatan sebesar US$ 925,52 juta di tahun 2023. Raihan ini naik 2,33% dari total pendapatan HRUM di tahun 2022 sebesar US$ 904,43 juta. Jika dirinci, pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar US$ 914,87 juta di sepanjang tahun lalu. Sisanya, sebesar US$ 10,64 juta berasal dari pendapatan sewa. Setelah diakumulasikan dengan beban dan pendapatan lainnya, HRUM mengantongi laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 151,04 juta pada akhir tahun lalu. Angka ini turun 49,9% dari US$ 301,75 juta di tahun 2022.
HRUM juga baru saja melakukan pengambilan bagian saham baru PT Blue Sparking Energy (BSE). Aksi korporasi itu dilakukan Perseroan melalui anak perusahaan, PT Tanito Harum Nickel Industry (THN). Baca Juga: Indika Energy (INDY) Serap Capex US$ 142,7 Juta pada 2023, Simak Rekomendasi Sahamnya BSE adalah perseroan terbatas yang menjalankan usaha di bidang pengolahan dan pemurnian nikel. Saat ini, BSE sedang mengembangkan proyek high-pressure acid leaching (HPAL) yang berlokasi di Indonesia Weda Bay Industrial Park, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara. Proyek HPAL dari BSE itu dirancang untuk memproduksi nickel-cobalt hydroxide intermediate (MHP - Mixed Hydroxide Precipitate) dengan kapasitas terpasang tahunan sekitar 67.000 ton atau 10% setara nikel dan sekitar 7.500 ton atau 10% kobalt, termasuk dengan fasilitas dan infrastruktur pendukungnya. Dalam transaksi ini, BSE menerbitkan 1.040.817 lembar saham baru, sebagai pelaksanaan konversi atas sebagian utang BSE kepada THN sebesar US$ 206.169.037 atau dalam rupiah nilainya setara menjadi 51% saham dalam modal ditempatkan dan disetor BSE. Sebelum transaksi, 99,9% saham BSE dipegang oleh Tanjung Development Investment Pte. Ltd (TDI). Lalu, sebesar 0,1% dipegang oleh J&L International Investment Limited. Dengan transaksi tersebut, maka TDI memegang 49% saham BSE. Sementara, THN memegang 51% saham BSE. “Saat ini, proyek BSE berada dalam tahapan konstruksi dan ditargetkan untuk dapat memulai operasi komersial pada awal tahun 2026,” paparnya. Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada melihat, akuisisi tersebut bisa menambah nilai produksi dari HRUM yang bisa dikonsolidasikan ke pertumbuhan kinerja. “Semoga akuisisi ini tidak menambah beban biaya dan utang, yang nantinya bisa menambah kerja berat HRUM,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (2/4). Menurut Reza, faktor pendukung kinerja perusahaan komoditas berasal dari kenaikan volume jual dan kenaikan harga jual alias average selling price (ASP). Jika keduanya bagus, hasil dari diversifikasi bisnis HRUM ke nikel akan tercatat positif.
HRUM Chart by TradingView