Dianggap Mendukung Teroris, Israel Melarang Sekjen PBB Masuk ke Negaranya



KONTAN.CO.ID - Pemerintah Israel melarang Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio Guterres, memasuki negaranya karena dianggap mendukung serangan Iran rudal Iran ke Israel.

Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, pada hari Rabu (2/10) menjadikan Guterres sebagai "persona non grata" atau orang yang tidak diinginkan kehadirannya di negara tertentu.

Cap itu diberikan lantaran Guterres dianggap tidak mengutuk serangan rudal Iran terhadap Israel. 


Lebih parahnya lagi, Katz menuduh Sekjen PBB memberikan dukungan kepada teroris, pemerkosa, dan pembunuh.

"Siapa pun yang tidak bisa dengan tegas mengutuk serangan kejam Iran terhadap Israel, seperti yang dilakukan hampir semua negara di dunia, tidak pantas menginjakkan kaki di tanah Israel. Dirinya (Guterres) mencoreng sejarah PBB," tulis Katz di akun X pribadinya.

Baca Juga: AS Berjanji Akan Membantu Israel Menghadapi Serangan Iran

Tak lama setelah serangan Iran mendarat di Israel pada hari Selasa (1/10), Guterres tentu mengutuk eskalasi kekerasan di wilayah tersebut. Namun, Guterres tidak menyebutkan Iran dalam pernyataannya.

"Saya mengutuk meluasnya konflik Timur Tengah dengan eskalasi demi eskalasi. Ini harus dihentikan. Kita benar-benar membutuhkan gencatan senjata," kata Guterres di akun X pribadinya.

Namun, dalam sesi darurat di markas PBB hari Rabu, Guterres akhirnya mengutuk serangan rudal Iran terhadap Israel. Dirinya menegaskan bahwa sikapnya terhadap kekerasan akan tetap sama.

Baca Juga: Pro-Kontra Serangan Iran ke Israel dalam Komunitas Internasional

"Seperti yang saya lakukan terkait serangan Iran pada bulan April, saya sekali lagi mengutuk keras serangan rudal besar-besaran yang dilakukan Iran terhadap Israel kemarin," kata Guterres, dikutip Al Jazeera.

Serangan rudal Iran ke Israel praktis membuka babak baru konflik berkepanjangan di Timur Tengah. Respons berbeda pun muncul terkait serangan tersebut.

Serangan itu disebut sebagai respons atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, dan komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Abbas Nilforoushan.

Ketegangan antara Iran dan Israel meningkat sejak Israel melancarkan serangan ke Gaza Oktober lalu. Hingga saat ini, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 43.000 penduduk Palestina.