Dibantu penguatan rupiah, SBN masih menarik di mata asing



KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Tren aliran dana asing masuk ke surat berharga negara (SBN) diyakini masih akan terus menanjak ke depan. Hal tersebut, turut mendapat dukungan dari kondisi nilai tukar rupiah yang cenderung menguat terhadap dollar AS sejak akhir tahun lalu.

Sebagai informasi, hingga Selasa (18/2) kepemilikan asing di SBN berada di kisaran Rp 1.067 triliun. Angka tersebut masih lebih rendah ketimbang level Senin (3/2) yang sempat menyentuh Rp 1.071 triliun.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana mengatakan dalam nominal rupiah, aliran dana asing memang turun 0,3%. Namun, jika disesuaikan dengan kurs rupiah terhadap dolar AS, cenderung terapresiasi 0,5%. "Bisa dikatakan dalam nominal dolar AS, kepemilikan asing di surat utang negara (SUN) malah meningkat," ujar Fikri kepada Kontan.co.id, Kamis (20/2).


Baca Juga: Sudah jenuh beli, aliran dana asing ke SBN masih bisa naik

Ditambah lagi, seiring dengan kondisi mata uang garuda yang masih terapresiasi oleh greenback, maka porsi asing dalam nominal rupiah bakal mengalami kenaikan. Sehingga, potensi untuk aliran dana asing masuk ke SBN juga masih akan bertumbuh.

Selain itu, beberapa sentimen yang ada saat ini diyakini masih akan mendorong aliran dana asing masuk ke tanah air. Di antaranya, spread antara SUN dan US Treasury yang cenderung masih lebar. Ada juga credit default swap (CDS) atau persepsi risiko investasi pasar di surat utang dalam tren turun.

Di samping itu, kondisi pasar global juga masih diselimuti kekhawatiran akan perkembangan virus corona. Sedangkan untuk kebijakan moneter global diperkirakan masih akan dovish, sejalan dengan ancaman resesi di beberapa negara yang bakal memberikan risiko surat utang di beberapa negara berkembang atau emerging market lain.

"Saya pikir, SUN masih akan sangat menarik bagi investor global. Apalagi masih ada spread antara terhadap suku bunga acuan Bank Indonesia (BI7DRR) untuk satu tahun sekitar 20 basis poin (bps) dan di atas 185bps untuk tenor 10 tahun," ungkap Fikri.

Baca Juga: Investor mengaduk portofolio, rekor penawaran pada lelang SUN diprediksi berakhir

Untuk itu, dilihat dari konteks kepemilikan asing terhadap SUN, porsi 40% diperkirakan bakal jadi level psikologis. Kondisi tersebut terlepas dari pergerakan nilai tukar rupiah dan level yield.

Sepanjang 2020, Fikri memperkirakan rupiah akan bergerak sekitar 5% atau berada di rentang Rp 13.600 per dolar AS hingga Rp 14.250 per dolar AS. Level ini dianggap masuk cukup menarik untuk menggaet investor asing masuk ke SBN, bahkan jika menyentuh level resistance, selama spread masih terjaga.

Sedangkan untuk potensi yield, Fikri mengungkapkan pergerakannya cenderung pada spread antara SUN dengan US Treasury tenor 10 tahun. Menurut dia, selama spread masih di atas 400 bps, maka SUN Tanah Air masih akan menarik bagi asing, khususnya di tengah kekhawatiran kondisi global seperti saat ini.

"Untuk yield SUN 10 tahun kami berharap akan menyentuh level 6,5% tahun ini, sedangkan untuk tenor 5 tahun akan berada di level 5,2%," tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati