Dibayangi Krisis Evergrande, Begini Proyeksi Kinerja Sektor Properti Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sektor properti di Indonesia diperkirakan masih akan baik, meskipun dibayangi krisis properti yang terjadi di China.

Sektor properti di China saat ini tengah mengalami tekanan. Perusahaan properti besar di China, Evergrande Group, terlilit utang dan gagal bayar pada tahun 2021. Perdagangan saham Evergrande bahkan dihentikan sejak Maret 2022.

Technical Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora mengatakan, Evergrande group bangkrut karena memiliki utang US$ 5.000 triliun.


Meskipun begitu, dampaknya keruntuhan Evergrande Group tidak akan besar terhadap sektor properti di Indonesia.

Baca Juga: Kredit Sindikasi Perbankan Diproyeksikan Masih Akan Tumbuh, Ini Penyebabnya

“Sebab, pemerintah China sudah mengantisipasi dengan memberikan keyakinan kepada pelaku pasar dan masyarakat bahwa utang terhadap industri properti tidak akan berdampak lebih jauh,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (22/8).

Andhika melihat, krisis properti di China hanya menjadi sentimen negatif untuk jangka pendek terhadap industri properti di Indonesia.

“Untuk ke depannya, sektor properti masih akan baik dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang semakin baik pasca Covid-19,” paparnya.

Di sisa tahun ini, Andhika melihat kinerja sektor properti masih akan dipengaruhi oleh sentimen positif dan negatif.

Untuk sentimen positif, yaitu inflasi Indonesia yang sudah landai. Sehingga, membuat suku bunga berpotensi akan turun pada semester II 2023.

“Lalu, perekonomian Indonesia yang membaik, membuat daya beli masyarakat meningkat. Sehingga, membuat potensi kenaikan pada marketing sales emiten properti,” tuturnya.

Baca Juga: Mulai Banyak Permintaan, Kredit Sindikasi Perbankan Diproyeksikan Masih Tumbuh

Untuk sentimen negatif, yaitu inflasi Amerika Serikat (AS) yang belum masuk dalam range BI, membuat The Fed masih akan menaikan suku bunga acuan kembali.

Andhika merekomendasikan Buy untuk BSDE dan CTRA dengan target harga Rp 1.300 dan Rp 1.250 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi