Dibayangi risiko, Bank Mandiri proyeksi pertumbuhan kredit 2019 melambat jadi 11,5%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) memproyeksi pertumbuhan kredit pada 2019 11,5% secara tahunan atau year on year (yoy). Pertumbuhan kredit ini lebih rendah dibandingkan proyeksi akhir 2018 yang sekitar 11%-18%.

Panji Irawan, Direktur Keuangan Bank Mandiri mengatakan, proyeksi pertumbuhan kredit tahun depan yang lebih rendah ini lantaran ada beberapa risiko yang diperkirakan terjadi pada tahun depan.

“Diantaranya adalah risiko suku bunga, nilai tukar dan likuiditas,” kata Panji ketika ditemui setelah paparan kinerja, Rabu (17/10). 


Selain itu pada tahun depan Bank Mandiri memproyeksi NIM sekitar 5,5%-5,7%.

Sebagai gambaran sampai kuartal 3 2018, pertumbuhan kredit Bank Mandiri sebesar 13,8% yoy menjadi Rp 781 triliun dari periode sama 2017 Rp 686,2 triliun.

Pertumbuhan kredit ini didorong oleh lima sektor. Pertama dari bisnis internasional yang tumbuh 276% yoy menjadi Rp 3,8 triilun. Kemudian dari kredit large corporate dan kelembagaan yang naik 27,6% yoy menjadi Rp 301,4 triliun.

Selanjutnya pertumbuhan kredit sampai kuartal III-2018 didorong kredit mikro yang tumbuh 27,1% yoy menjadi Rp 97,5 triliun. Kemudian, kredit perusahaan anak juga tumbuh 20,1% yoy menjadi Rp 96,4 triliun.

Terakhir kredit konsumer juga tumbuh 12,7% yoy menjadi Rp 85 triliun. Dua segmen kredit yang masih turun sampai kuartal III-2018 adalah dari UKM yaitu turun 6,8% yoy menjadi Rp 55 triliun kemudian middle corporate turun 9,9% yoy menjadi Rp 141,9 triliun.

Meski begitu, Panji menambahkan, risiko kredit atau credit at risk akan membaik sampai akhir tahun ini. Credit at risk ini adalah rasio gabungan antara NPL, kredit yang direstrukturisasi dan kredit kolektibilitas 2 terhadap total kredit. “Ada kemungkinan turun bahkan stabil,” kata Panji..

Turunnya risiko kredit ini seiring dengan target NPL Bank Mandiri sampai akhir 2018 yang kurang dari 3%.

Rohan Hafas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri bilang beberapa segmen kredit yang NPLnya besar seperti sektor menengah dan komersial beberapa debiturnya sudah dilakukan penyelesaian.

Beberapa kredit bermasalah di sektor perdagangan juga sudah turun. Diharapkan dengan ini risiko kredit juga mengalami penurunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi