KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2020 akan menjadi tahun yang berwarna bagi emiten logam. Berbagai katalis negatif dan positif akan mempengaruhi pergerakan harga komoditas logam seperti emas, timah, hingga nikel. Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso mengatakan, konflik geopolitik yang terjadi di Timur Tengah sempat membuat harga emas terbang hingga menyentuh level US$ 1.600 per ounce. Harga emas pun telah rally sejak 15 bulan berturut-turut hingga Januari 2020. Namun meredanya perang dagang antara Amerika Serikat dengan China turut memudarkan kemilau emas Aneka Tambang Tbk (ANTM). Harga emas Antam hari ini terkoreksi ke level Rp 769.000 per gram.
Baca Juga: Menilik prospek saham emiten logam pasca kesepakatan dagang AS-China fase pertama Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan, instrumen safe haven seperti emas memang cenderung ditinggalkan ketika situasi geopolitik mulai membaik.Sehingga tidak mengherankan apabila harga saham dan emas ANTM ikut terkoreksi akhir-akhir ini. Meredanya perang dagang juga mengerek harga komoditas logam dan crude palm oil (CPO), menurut Wijen Ponthus Analis Royal Investium Sekuritas. Untuk itu, ia merekomendasikan untuk beli saham PT Timah Tbk (TINS) dengan harga Rp 870 dan saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan target harga Rp 1.180. Sukarno merekomendasikan wait and see untuk saham INCO dan rekomendasi jual jangka pendek saham ANTM di harga Rp 735 per saham. Sementara Aria menilai saham TINS menarik untuk dikoleksi sebab harga komoditas timah memiliki peluang untuk rebound tahun ini.