KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten ritel diprediksi masih prospektif hingga akhir tahun ini, kendati dibayangi sentimen negatif disekelilingnya. Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat, sejauh ini prospek kinerja emiten ritel masih positif, meskipun tidak akan secerah tahun tahun sebelumnya. Nico mengatakan, perekonomian Indonesia yang masih resilient akan membuat sektor ritel masih berharap banyak setidaknya hingga akhir tahun ini.
"Daya beli yang masih terjaga merupakan salah satu alasan mengapa sektor ini masih akan mampu bertahan, meskipun ada penurunan yang tidak bisa dihindarkan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (7/10).
Baca Juga: Matahari Department Store (LPPF) Merilis Identitas dan Citra Baru Gerai Matahari Pilarmas Investindo memperkirakan justru tahun depan menjadi tahun yang mengkhawatirkan. Hal itu seiring dengan badai inflasi, kenaikkan tingkat suku bunga, dan krisis pangan dan energi. Di tengah situasi tersebut, Nico melihat emiten INDF, ICBP, AMRT, dan MAPI masih berpeluang menghasilkan kinerja apik. Sebab, emiten-emiten tersebut memiliki market share yang baik serta posisi yang lebih kuat dalam menghadapi ketidakpastian di tahun mendatang. Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto juga menilai tahun ini prospek emiten ritel masih prospektif. Sebab, per Juli 2022 rata-rata penjualan ritel di Indonesia meningkat 6,2% dibandingkan bulan sebelumnya 4,2%. "Data tersebut bahkan lebih baik dari ekspektasi sehingga masih bisa berharap pertumbuhan positif tahun ini masih dapat berlanjut," katanya. Hanya saja, data tersebut belum memperlihatkan dampak kenaikan BBM. Oleh sebab itu, kenaikan BBM bisa menjadi negatif yang membayangi kinerja ritel tahun ini. Pandhu menilai sejak kenaikan BBM, penurunan daya beli mulai dirasakan. Adapun yang paling terdampak tentunya konsumen dengan penghasilan menengah ke bawah karena akan lebih memprioritaskan kebutuhan primer. Dengan demikian, Pandhu melihat PT Mitra Adiperkasa Tbk (
MAPI) masih mampu mempertahankan kinerja positif. Sebab, pangsa pasar MAPI adalah kalangan menengah ke atas sehingga tidak terlalu terdampak oleh kondisi ekonomi saat ini. "Bahkan jumlah kalangan menengah ke atas tumbuh semakin kuat karena dampak pemulihan ekonomi dan harga komoditas belakangan ini," lanjutnya. Prospek MAPI juga didorong trafik kunjungan di pusat perbelanjaan yang semakin meningkat setelah sekian lama menahan diri ketika masa pandemi. Selain itu, MAPI yang cukup ekspansif dengan menargetkan membuka 400 gerai baru. Dengan berbagai faktor tersebut, ia meyakini MAPI masih dapat mempertahankan kinerja tahun ini. Pandh memproyeksikan pendapatan
MAPI dapat mencetak rekor pendapatan tertinggi sepanjang sejarahnya, sekitar Rp 23 triliun dengan laba bersih sekitar Rp 2 triliun.
Baca Juga: IKEA dan Instellar Berhasil Gelar I-SEA Showcase untuk 10 Usaha Sosial "Dengan valuasi PE saat ini yang baru mencapai 8,6 kali tentu masih cukup menarik, kami targetkan untuk 12 bulan ke depan
MAPI dapat mencapai Rp 1.350," paparnya. Sementara untuk emiten lainnya seperti PT Matahari Department Store Tbk (
LPPF) dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (
RALS), meskipun secara kinerja meningkat dibanding tahun lalu, Pandhu menilai hasil tersebut masih jauh di bawah level sebelum pandemi, sehingga belum terlalu menarik.
Secara valuasi juga dinilai masih relatif mahal dengan tingkat pertumbuhan yang cenderung lambat, terutama menghadapi masa kenaikan inflasi untuk beberapa waktu mendatang. Sedangkan
ACES secara kinerja masih menurun, pendapatan dan laba masih lebih rendah dibanding tahun lalu meskipun secara keseluruhan ekonomi sedang bertumbuh positif. Pandhu mengatakan, hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi manajemen yang perlu segera diperbaiki. "Investor pun juga belum begitu tertarik meskipun secara valuasi sudah terdiskon cukup dalam jika dibandingkan valuasi rata-rata historisnya," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi