KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana
tapering off yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, kembali mencuat. Risalah rapat kebijakan moneter The Fed menunjukkan peluang
tapering terjadi di tahun ini, sebab inflasi sudah mencapai target dan pemulihan pasar tenaga kerja juga hampir sesuai ekspektasi. Hal ini dinilai akan berdampak terhadap pelemahan harga emas. Analis Erdikha Elit Sekuritas Regina Fawziah mengatakan, terdapat potensi penurunan kinerja terhadap emiten yang berkaitan dengan tambang emas, terutama PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA) yang produk utamanya adalah emas dan perak. PT J Resources Asia Pasifik Tbk (
PSAB) yang memiliki produk penjualan emas, perak dan tembaga katoda juga dinilai akan berdampak. Namun, Regina menilai kinerja PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) tidak akan terlalu berdampak signifikan. Hal ini karena emiten pelat merah ini memiliki diversifikasi produk yang cukup banyak dan tidak hanya emas. ANTM tercatat memiliki sejumlah bisnis lain di luar emas, seperti feronikel, bijih nikel, alumina, bijih bauksit, perak, batubara, dan logam mulia lainnya.
“Meskipun emas merupakan kontribusi tertinggi disusul feronikel, menurut kami penurunan kinerja ANTM tidak signifikan dengan diversifikasi tersebut, apabila dari harga komoditasnya juga meningkat,” terang Regina.
Baca Juga: Pilah-pilih saham emiten batubara yang menarik, ini saham-saham jagoan analis Dus, diantara emiten penambang emas, Regina menilai kinerja ANTM akan lebih solid, seiring dengan diversifikasi produknya yang juga lebih bervariasi. Selain itu, kinerja ANTM pada kuartal I-2021 juga masih cukup baik. ANTM mencatatkan laba bersih sebesar Rp 630,37 miliar, membaik dibandingkan dengan kuartal I-2020 yang membukukan kerugian hingga Rp 281,9 miliar. Sedangkan MDKA pada kuartal I-2021 masih mengalami kerugian. Senada, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Setya Ardiastama menilai, pergerakan harga emas tentu dapat mempengaruhi kinerja emiten emas seperti MDKA dan ANTM. Namun, sejauh ini diversifikasi telah dilakukan oleh emiten tersebut, sehingga risiko dari fluktuasi harga emas lebih terminimalisir. “Diversifikasi produk dari emiten dinilai dapat menopang kinerja. Terlebih saat ini harga komoditas tembaga maupun nikel juga masih cukup menguat,” kata Okie kepada Kontan.co.id, Minggu (22/8). Pilarmas Investindo Sekuritas memproyeksi harga nikel hingga akhir tahun berada di rentang US$ 18.280 – US$ 20.200 per ton.
Baca Juga: Simak rekomendasi saham emiten properti di tengah perpanjangan PPN properti Okie mempertahankan rekomendasi beli saham ANTM dengan target harga Rp 2.650 dan saham MDKA dengan target harga Rp 2.920. Sedangkan Regina merekomendasikan
trading buy ANTM pada harga Rp 2.340 dengan
resistance Rp 2.400 - Rp 2.470 dan
support Rp2.250. Hal ini karena sejak awal tahun tren saham ANTM masih cenderung
sideways. Ditambah, dengan adanya katalis
tapering ini, ada potensi bagi saham ANTM untuk terkoreksi terlebih dahulu. “Meskipun nanti bisa saja tertolong dengan harga dari komoditas nikelnya yang memang hingga saat ini trennya masih cenderung meningkat,” pungkas Regina.
Editor: Tendi Mahadi