KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah spot ditutup pada level Rp 16.313 per dolar Amerika Serikat (AS) di akhir perdagangan Kamis (19/12). Mata uang Garuda melorot 1,32% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 16.098 per dolar AS. Di Asia, mayoritas mata uang melemah terhadap dolar AS. Rupiah mencatat pelemahan terdalam dengan pelemahan 1,32%, disusul yen Jepang yang melemah 1,15%, won Korea melemah 0,86%, ringgit Malaysia melemah 0,77%, dolar Taiwan melemah 0,63%, baht Thailand melemah 0,27%, yuan China melemah 0,18%, dan rupee India melemah 0,14% terhadap dolar AS. Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan rupiah dan mata uang regional umumnya melemah tajam terhadap dolar AS. Pelemahan terjadi di tengah sentimen risk off di pasar ekuitas akibat kekhawatiran akan prospek pemangkasan suku bunga the Fed tahun depan pasca pernyataan hawkish dari Powell.
Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Terperosok pada Kamis (19/12), Ini Penyebabnya Untuk besok, Lukman memperkirakan rupiah masih dalam tekanan kendati ada potensi rebound dan koreksi dolar AS setelah pergerakan yang besar. "Namun akan terbatas, investor masih menantikan data inflasi PCE AS besok," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (19/12). Dia memproyeksikan inflasi inti PCE AS akan naik 0,3% MoM dan 2,9% YoY. Apabila lebih kuat dari perkiraan dan menyentuh 3% YoY, maka dolar AS akan kembali melejit. "Potensi penguatan rupiah bisa terjadi juga apabila Bank Indonesia (BI) kembali mengintervensi, namun karena di tengah tekanan dolar AS yang sangat kuat, intervensi diperkirakan tidak akan terlalu memberikan hasil yang optimal," sebutnya. Dus, untuk besok, rupiah diperkirakan akan bergerak di rentang Rp 16.250 per dolar AS-Rp 16.400 per dolar AS. Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 1,09% ke Rp 16.277 Per Dolar AS pada Kamis (19/12) Lebih jauh, rupiah diperkirakan juga masih akan dalam tekanan. Namun, diprediksi nilai tukar rupiah belum akan melemah hingga Rp 17.000 per dolar AS lantaran ada potensi rebound, kendati terbatas.