Diburu Investor Asing, Yield US Treasury Menguat ke Bawah 4,9%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing kini semakin tertarik untuk memburu obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) alias US Treasury. Hal ini terlihat dari yield US Treasury tenor 10 tahun yang bergerak ke bawah level 4,9%, dari ambang batas psikologis 5%.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan, penurunan yield obligasi AS 10 tahun ke bawah level 5% disebabkan oleh rilis data inflasi dan tingkat pendapatan masyarakat AS yang lebih rendah dari perkiraan. Hal ini menurunkan kekhawatiran inflasi di AS. 

Selain itu, spread yield US Treasury dengan yield obligasi Indonesia selisihnya masih sempit sehingga investor asing lebih memilih ke sana. Selain itu, yield obligasi AS saat ini lebih tinggi dibandingkan dengan earnings yield mayoritas saham-saham di AS. 


Baca Juga: Aksi Jual di Pasar Obligasi, Pasar Tunggu Rilis PDB AS Kuartal III-2023

Namun, Fajar memprediksi, penurunan yield US Treasury tidak berlangsung lama. "Pasalnya, terdapat rilis data pertumbuhan ekonomi AS kuartal III-2023 yang lebih baik dari perkiraan ekonom," kata Fajar saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (29/10). 

Fajar memperkirakan, ada kemungkinan yield US Treasury akan berada di level 5% lebih dalam waktu dekat. "Mungkin karena AS masih akan menambah suplai surat utang untuk menutup defisit APBN-nya dan permintaan dari investor global yang sedang menurun," ucap Fajar. 

Namun, Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi melihat, investor di pasar obligasi global menanggapi positif produk domestik bruto (PDB) AS kuartal III-2023 yang tumbuh lebih kuat dibandingkan dengan konsensus. Hal ini dikarenakan tingginya tingkat pertumbuhan PDB AS diikuti oleh penurunan inflasi inti PCE AS kuartalan. 

Baca Juga: Dana Asing Cabut dari Bursa, Saham-Saham Big Caps Ini Bisa Dicermati

Asal tahu saja, PDB AS Juli-September 2023 tercatat tumbuh 4,9% qoq, lebih tinggi dari PDB kuartal II-2023 yang sebesar 2,1% qoq dan prediksi konsensus 4,5% qoq. Sementara itu, inflasi PCE kuartal III-2023 tercatat sebesar 2,4% yoy, dari kuartal II-2203 yang sebesar 3,7% yoy dan konsensus 2,5% yoy. 

Menurut Lionel, rilis data tersebut menimbulkan harapan di antara investor tentang kemungkinan soft landing di AS. Hal ini dikonfirmasi dengan turunnya probabilitas kenaikan suku bunga Fed di bulan Desember menjadi 20% dari sebelumnya 30% serta aksi beli di pasar US treasury yang menyebabkan yield 10Y UST turun. 

Di sisi lain, penurunan minat terhadap Surat Berharga Negara (SBN) sudah terlihat sejak awal Oktober 2023. Hal ini bisa dilihat dari jumlah penawaran masuk lelang SUN dan SBSN yang sangat tajam.

Baca Juga: Momentum Beli di Pasar Obligasi Eropa dan AS Berlanjut

Lionel memperkirakan, yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun akan berada di kisaran 7,2%-7,4% apabila Bank Indonesia tidak menaikkan suku bunga dari level saat ini yang berada di sekitar 7,2%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli