Didiet Maulana, sang maestro tenun kondang



KONTAN.CO.ID - Kecintaan akan dunia seni, membawa Didiet Maulana bergelut dengan tenun ikat. Kini, dia pun menjadi maestro tenun ikat Indonesia, lewat sajian segarnya mengkreasikan kain tenun ikat menjadi produk fesyen modern.

Ketertarikannya akan tenun bermula dari peristiwa klaim batik oleh negara tetangga. "Saya ingin generasi muda mengenal kain khas Indonesia," kata pria kelahiran 18 Januari 1981 ini.

Saat peluncuran Ikat Indonesia, label miliknya, pada 29 Juli 2011, ia hanya membidik kaum perempuan. Namun, enam bulan kemudian, dia mulai menyediakan produk fesyen untuk laki-laki.


Selain produknya banyak digunakan pesohor negeri seperti Andien, Afgan Syahreza, Titi DJ, Krisdayanti, Vidi Aldiano dan lainnya, namanya kian dikenal. Bahkan, dia diminta ikut merancang baju para menteri yang ikut serta dalam Asian Pasific Economic Coorporation pada 2013 silam. Lantas, pada 2016, TUMI, sebuah merek internasinoal, melibatkannya dalam desain tas suvenir untuk ajang penghargaan Grammy Award.

Ikat Indonesia memproduksi pakaian ready to wear. Harganya mulai Rp 800.000 hingga Rp 3,5 juta per helai. Tidak hanya menyasar pasar ritel, Didiet juga melayani pelanggan korporasi lewat merek SVARNA. "Jumlah (produksi) untuk pesanan korporasi saja lebih dari 1.000 helai," ungkapnya.

Untuk memenuhi kebutuhan akan kain tenun, dia menjalin kerjasama dengan lebih dari 200 perajin dibeberapa kota seperti Klaten, Palembang, Sulawesi Selatan, Bali, dan Kediri. Untuk menjamin pasokan tenun ini, Didiet punya perwakilan di tiap daerah yang bertugas mengontrol kinerja para perajin.

Proses menjahit pakaian terpusar di Jakarta. Dia juga menjalin kerjasama dengan konveksi pada proses ini. Meski sudah terkenal, Didiet hanya membuka satu galeri yang terletak di Jalan Dempo Nomor 59, Jakarta Selatan.

Tentu saja, dia juga menggarap pasar online. Koleksinya dilirik oleh pasar internasional dari gerai daring ini. Pria 36 tahun ini mengaku sering mendapatkan pesanan rutin dari Malaysia, Singapura, Amerika dan Eropa.             

Riset dan uji coba, kunci sukses Ikat Indonesia

Mewujudkan mimpi untuk memiliki usaha sendiri bukan hal yang mudah. Modal niat dan jaringan belumlah cukup.

Sebelum berhasil menjadi disainer kondang,  Didiet Maulana sempat merasakan pahitnya membesut usaha pribadi.

Pada 2008 silam, pria yang senang mengenakan busana kasual etnik ini membuka biro arsitek, sesuai latar belakan pendidikan dan pengalaman sebagai arsitek.   

Tak semudah yang dibayangkan,  bironya hanya bertahan selama sembilan bulan. "Saya stress dan memutuskan untuk balik lagi (kerjaan lama)," katanya.  

Menggambar menjadi hobinya sejak kecil. Baju merupakan satu obyek gambar yang Didiet sukai. Ketertarikan pada dunia fesyen, menerbitkan idenya untuk menjadi perancang dan meninggalkan dunia arsitektur yang telah dia tekuni selama 15 tahun.

Meski mendapat tentangan dari keluarga, lulusan Jurusan Arsitektur Universitas Parahyangan yakin dengan bisnis fesyen. Dia pun segera merancang bisnis fesyen pada 2008, sembari menyelesaikan urusan kantor.

Belajar dari kegagalan sebelumnya, kali ini Didiet meminta temennya untuk menghitung semua kebutuhan. Dia juga melakukan riset tentang kain khas Indonesia, hingga akhirnya menjatuhkan pilihan pada tenun.

Didiet pun berkunjung ke beberapa wilayah seperti Jawa dan Bali, untuk menemui perajin. Dia bercerita, bila di Jepara, Jawa Tengah,  menjadi lokasi yang paling banyak punya perajin tenun berkualitas.

Setelah itu, dia juga melewati proses trial and error selama tiga bulan. "Ini tergolong mudah karena saat kuliah saya sudah biasa buat baju buat teman-teman dan saya tahu dasar-dasar teknik menjahit," tegasnya.

Sadar akan produknya merupakan tren baru dan harus menciptakan pasar, maka laki-laki berkacamata ini menggunakan jaringan pertemanan untuk membentuk image. Ia meminta teman-temannya seperti penyanyi Andien, Vidi Aldiano, Titi DJ, Krisdayanti, dan lainnya menggunakan kreasi tenun ikat miliknya. Foto-foto mereka pun diunggah kedalam media sosial, hastag Ikat Indonesia pun dilampirkan untuk memudahkan deteksi dan menjadi statement kala memakai tenun.

Strategi ini pun berhasil. Produk Ikat Tenun segera diburu. Tidak hanya para pesohor negeri tapi juga semua kalangan.  

Menanamkan nilai pada karyawan dan perajin

Mengembangkan bisnis fesyen bukan perkara mudah. Ada berbagai tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya, edukasi kepada karyawan.   

Laki-laki berkacamata ini sering berbagi ilmu dan pengalaman pada semua karyawan. Didiet ingin menanamkan nilai yang sama. Selain itu, karyawan bisa menguasai keterampilan sesuai standarnya. "Memang butuh waktu, tapi saat karyawan paham, kami yang akan diuntungkan," urainya.  

Selain karyawan, edukasi ini juga ia lakukan kepada perajin. Tujuannya, supaya anak muda mau kembali menjadi penenun dan kain tradisional tetap lestari.  

Makin banyaknya pengusaha fesyen yang memakai tenun tak membuat pria 36 tahun ini risau. Sebab, setiap orang pasti punya karakteristik desain dan selera masing-masing. Justru, banyaknya pemain membuat pasar kian berkembang.

Dalam setahun, dua kali Didiet meluncurkan koleksi baru. Namun, pada momen hari raya, dia juga menyiapkan koleksi khusus.

Berbeda dengan desainer lainnya, Didiet lebih suka menggelar pagelaran pribadi. Sebab, dia bisa merasa lebih intim dengan konsumen saat memperkenalkan koleksi barunya.

Bahkan, meski sudah tak asing dengan pasar internasional, dia masih enggan untuk menggelar fashion show di luar negeri. "Show di luar negeri akan dilihat oleh buyer internasional. Itu membutuhkan effort besar banget. Saya enggak mau membuang duit kalau hanya untuk pertunjukan. Secara ekonomi, kegiatan tersebut juga harus menghasilkan," katanya.

Bila tidak ada perubahan, akhir tahun ini Didiet akan menutup tahun dengan meluncurkan brand baru Ikat Bambini. Merek ini bakal menyasar segmen anak-anak usia 1-5 tahun. Pengembangan brand ini untuk melengkapi koleksi yang sebelumnya menyasar pasar laki-laki dan perempuan dewasa.

Sekedar info, ide tersebut muncul dari banyaknya pesanan para orang tua yang ingin tampil kembar dengan yang dipakai oleh buah hatinya. Selain itu, dia juga ingin mengenalkan kain tenun kepada anak sejak dini.

Meski belum resmi meluncur, produk barunya sudah menyedot banyak perhatian dan dia pun mendapatkan banyak apresiasi dari konsumen. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Johana K.