Didorong Halving dan Kebijakan Trump, Cermati Proyeksi Bitcoin di Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren bullish Bitcoin (BTC) masih akan berlanjut di 2025. Kebijakan yang lebih ramah pada aset digital ini menjadi pendorongnya.

Melansir Coinmarketcap, nilai BTC mencuat 5,60% dalam 24 jam terakhir ke US$ 96.026 pada Selasa (14/1) pukul 20.09 WIB. Kenaikan itu mengakumulasi penguatan 2,81% dari awal tahun 2025.

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur berpandangan prospek Bitcoin tetap positif berkat sejumlah faktor fundamental. Di era pemerintahan Trump, potensi kebijakan pro-Bitcoin, seperti adopsi yang lebih luas, regulasi ramah, dan dukungan terhadap industri mining di Amerika Serikat (AS) menjadi katalis utama.


"Penunjukan Scott Bessent, yang memiliki eksposur signifikan pada ETF Bitcoin, sebagai Menteri Keuangan AS semakin memperkuat optimisme pasar," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (13/1).

Baca Juga: Bitcoin Masih Sulit Tembus US$ 100.000, Ini Sebabnya

Di tingkat global, kemajuan regulasi di beberapa negara seperti Uni Emirat Arab, Korea Selatan, dan Uni Eropa turut meningkatkan legitimasi sektor kripto. Selain itu, persaingan dalam peluncuran ETF Bitcoin spot mendorong inovasi produk keuangan yang lebih menarik bagi investor institusional maupun ritel.

Faktor lain yang mendukung adalah momentum pasar pasca-halving. Tren historis menunjukkan peluang lonjakan harga yang signifikan.

Untuk jangka pendek, Fyqieh melihat jika resistance di US$ 95.000 berhasil ditembus, Bitcoin berpotensi mencetak rekor harga baru di atas US$ 100.000. Namun, investor perlu waspada jika support di US$ 93.000 gagal bertahan karena harga berpotensi terkoreksi lebih dalam hingga US$ 92.000 atau lebih rendah.

Untuk kuartal I tahun 2025, Fyqieh berpandangan tren harga BTC menunjukkan potensi kuat untuk melanjutkan kenaikan, meskipun koreksi kecil dapat terjadi sebagai bagian dari dinamika pasar. Momentum yang membawa BTC menembus level psikologis US$ 100.000 di awal tahun memberikan pijakan yang solid untuk target berikutnya di US$ 120.000.

Baca Juga: Apakah Bitcoin Sudah Menyentuh Titik Terendah Setelah Puncak Desember?

Katalis utama yang dapat mendorong harga lebih tinggi meliputi kebijakan pro-kripto, pembelian institusi besar, pemulihan ekosistem kripto, dan optimisme terhadap ETF Bitcoin. Di samping itu, ada hal yang menarik bahwa penurunan harga BTC pada bulan Januari sering kali terjadi di tahun-tahun setelah halving, mengacu pada pola serupa yang terlihat pada 2017 dan 2021.

Setelah halving pada 2016, harga BTC mengalami koreksi tajam sebesar 30% pada Januari 2017, turun dari US$ 1.185 ke US$ 800. Namun, koreksi ini hanya bersifat sementara, karena di penghujung tahun 2017, Bitcoin melonjak hingga 2.400%, mencetak rekor tertinggi di atas US$ 20.000 pada Desember.

Hal serupa terjadi setelah halving 2020. Pada Januari 2021, harga Bitcoin turun lebih dari 25%, dari US$ 42.000 menjadi sekitar US$ 28.000. Meski demikian, tren bullish berlanjut, dan Bitcoin mencatat level tertinggi baru di US$ 69.000 pada November 2021.

Tahun ini, pola tersebut kembali terlihat. Setelah mencapai level tertinggi US$ 102.300 pada 7 Januari, Bitcoin mengalami penurunan hampir 10%, menyentuh titik terendah sebelum pulih ke kisaran US$ 92.000 - US$ 95.000.

"Jika pola kenaikan harga dari siklus sebelumnya terulang, dengan estimasi pertumbuhan sekitar 130%, harga Bitcoin berpotensi melonjak dari level saat ini ke lebih dari $200.000 sebelum akhir 2025. Namun, seperti siklus sebelumnya, risiko koreksi besar tetap ada, dengan kemungkinan harga turun di bawah US$ 80.000," paparnya.

Baca Juga: Apakah Harga Bitcoin akan Jatuh di Bawah US$90.000? Simak Analisisnya

Chief Investment Officer DBS Bank, HOU Wey Fook sepakat bahwa prospek BTC adalah bullish, didukung peristiwa halving dan persetujuan SEC untuk ETF Bitcoin spot.

"Apalagi, ada narasi AS akan menciptakan cadangan strategis," sebutnya.

Nah, jika mengacu pada histori maka kenaikan harga BTC masih bisa berlangsung selama enam bulan ke depan, bahkan lebih. Hal itu, katanya, akan membawa harga BTC ke US$ 120.000 hingga US$ 150.000.

"Meski begitu, cadangan strategis yang sudah menjadi berita sehingga saya pikir sudah diperkirakan dan sampai kerangka kerja yang lebih pasti mengenai hal itu diselesaikan saat ini hal tersebut masih merupakan spekulasi," tegasnya. 

Selanjutnya: Aplikasi Gratis Asal China Ini jadi Populer Jelang Potensi Pelarangan TikTok di AS

Menarik Dibaca: Tips Andalkan Aplikasi Navigasi Saat Pergi Traveling

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih