Didorong kenaikan harga komoditas, penjualan alat berat capai 8.821 unit per Agustus



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri alat berat menunjukkan tren kenaikan penjualan pada kuartal III – 2021. Data dari Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) menunjukkan bahwa hingga Agustus 2021, penjualan alat berat di seluruh sektor mencapai 8.821 unit, atau meningkat 99% dari penjualan pada Januari-Agustus 2020, yaitu sebanyak 4.440 unit.

“Kabar menggembirakan di industri alat berat ini didukung oleh membaiknya situasi pandemi Covid-19 serta meningkatnya harga komoditas,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam siaran pers di situs Kemenperin, Sabtu (16/10).

Industri alat berat dikategorikan berdasarkan empat sektor penggunanya, yaitu sektor agro, kehutanan, konstruksi, serta pertambangan. Peningkatan penjualan terbesar pada Januari-Agustus 2021 terjadi pada alat berat di sektor pertambangan yang mencapai 206% menjadi 3062 unit dari sebelumnya 1.001 unit di periode yang sama tahun 2020.


Baca Juga: Kenaikan harga komoditas pacu permintaan alat berat

Hal ini didorong oleh situasi harga batubara dan nikel yang masih tinggi, serta perkiraan meningkatnya jumlah smelter nikel yang beroperasi. Kemudian, untuk alat berat di sektor kehutanan meningkat 84% menjadi 1.487 unit, sektor konstruksi naik 64% menjadi 3.449 unit, dan sektor agro sebesar 54,7% menjadi 823 unit.

Sementara itu, produksi alat berat hingga akhir 2021 diperkirakan mencapai 6.000 unit atau meningkat 75% dibandingkan tahun 2020 sebanyak 3.427 unit.

“Sedangkan untuk tahun 2022, kami mendapat proyeksi dari Perkumpulan Industri Alat Berat Indonesia (HINABI). Peningkatan produksi akan mencapai 30% dari tahun 2021, atau mendekati tren tahun 2018 yang melebihi angka 8.000 unit,” jelas Agus.

Dilihat dari sektor pengguna, proyeksi pertumbuhan alat berat untuk sektor agro akan dipengaruhi oleh harga minyak nabati (CPO) yang masih akan tinggi. Di sektor konstruksi, permintaan alat berat akan tetap tinggi dengan menurunnya Covid-19 dan berjalannya kemabali proyek-proyek pembangunan. Sedangkan di sektor pertambangan, kebutuhan alat berat tetap besar, mengikuti harga komoditas yang masih tinggi.

Sektor industri alat berat termasuk dalam prioritas peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN). Untuk meningkatkan permintaan terhadap produk alat berat produksi dalam negeri, Kemenperin juga memberlakukan sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) gratis.

“Dengan sertifikasi TKDN, produk alat berat produksi dalam negeri mendapatkan preferensi dalam proyek-proyek pengadaan pemerintah, BUMN maupun swasta,” ungkap Agus.

Selanjutnya, peningkatan produksi alat berat juga berpengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan bahan baku, seperti plat baja maupun produk-produk komponen. Kemenperin terus mendukung substitusi impor bahan baku dan bahan penolong agar mencapai 35% pada 2022, termasuk bagi sektor tersebut.

Kemenperin juga melakukan penguatan terhadap industri kecil dan menengah (IKM) untuk dapat menjadi bagian dari rantai pasok industri alat berat serta mengurangi biaya produksi bagi industri di sektor ini. Di antaranya melalui pengembangan kompetensi teknis SDM, penguatan kualitas produk, serta pendampingan sertifikasi.

Tantangan yang saat ini masih dihadapi dalam produksi alat berat adalah penyesuaian terhadap kondisi pandemi Covid-19 yang masih dialami hingga sekarang. Hal ini berpengaruh pada kebutuhan sektor tersebut terhadap strategi pemasaran yang baru, misalnya dengan memanfaatkan teknologi digital.

“Kami juga mengapresiasi perusahaan alat berat yang menjadi mentor bagi mahasiswa yang magang di perusahaan supplier dalam rangka program Kampus Merdeka. Hal ini mendukung revitalisasi supplier yang berdampak positif pada industri alat berat di Indonesia,” pungkas Agus.

Selanjutnya: Harga batubara sedang panas, berikut rekomendasi saham sejumlah emiten batubara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi