Didukung Bisnis FMC dan DigiCo, Simak Prospek dan Rekomendasi Saham Telkom (TLKM)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) punya prospek yang positif seiring dengan potensi monetisasi yang lebih tinggi dari strategi fixed-mobile convergence (FMC). Selain itu, program DigiCo perusahaan juga akan mendukung transformasi digital TLKM.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy menjelaskan, FMC adalah strategi TLKM untuk mengonsolidasikan bisnis fixed broadband IndiHome, bisnis seluler Telkomsel, dan layanan akses internet tanpa kabel Telkomsel Orbit. 

Ia menilai, peningkatan skala FMC memang penting bagi TLKM. 


“Pasalnya, bisnis seluler dan fixed broadband berkontribusi sangat besar terhadap pendapatan konsolidasi TLKM, yakni masing-masing 48% dan 20%,” kata Robertus dalam risetnya, 4 Oktober 2023.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Emiten Menara Telekomunikasi Usai Kehadiran Starlink

Robertus meyakini, TLKM dapat meningkatkan monetisasi layanan FMC secara lebih cepat, mengingat pangsa pasar kedua segmen bisnis ini masih dominan di Indonesia, yakni IndiHome sekitar 75% dan Telkomsel 40%.

Untuk itu, TLKM menawarkan sejumlah produk bundle yang bertujuan mengakselerasi pertumbuhan konsumsi data. Saat ini, TLKM menguasai sekitar 65% pangsa pasar data payload di Indonesia.

Konsolidasi segmen bisnis ini juga berpotensi semakin meningkatkan efisiensi belanja modal dan biaya operasional yang sering kali tumpang tindih. Langkah awal yang dilakukan antara lain adalah menggabungkan layanan billing dan program loyalitas pelanggan ke dalam platform Telkomsel One. Langkah selanjutnya adalah penggabungan layanan GraPARI dengan Plasa Telkom.

Sementara itu, DigiCo adalah program pengembangan untuk mendukung pengembangan bisnis digital. Beberapa startup digital asuhan TLKM adalah PaDi UMKM yang bergerak industri B2B procurement, Agree di bidang agrikultur, dan Logee di bidang logistik.

“Semua bidang ini penting bagi perekonomian Indonesia dan merepresentasikan peluang signifikan untuk inovasi digital,” ucap Robertus.

Lebih lanjut, program DigiCo mengembangkan produk digital dengan menginkubasi ide-ide baru dan kemudian mengundang investor untuk memvalidasi kelayakan ide-ide tersebut.  Pendekatan ini memastikan bahwa produk selaras dengan permintaan pasar dan memiliki potensi untuk sukses.

Dalam riset tanggal 18 September 2023, Analis Aldiracita Sekuritas Selvi Ocktaviani melihat, inisiatif TLKM seperti FMC dan layanan B2B membuahkan lebih banyak hasil di tengah penurunan pendapatan legacy. Ia meyakini, TLKM dapat mencapai target pertumbuhan pendapatan mid-single digit serta target kenaikan EBITDA dan laba bersih dalam jangka menengah.

Menurut Selvi, transformasi digital TLKM diharapkan tidak hanya memberikan nilai tambah, tetapi juga mempertahankan relevansi TLKM di pasar.  Namun, perlu diingat bahwa setiap strategi memiliki risikonya masing-masing. TLKM mungkin akan menderita di tahap awal transformasi sebelum menuai hasil manis dalam jangka panjang.  

Khusus untuk layanan B2B, manajemen TLKM memperkirakan, ukuran pasar layanan B2B di Indonesia mungkin bisa mencapai Rp 172 triliun pada tahun 2026, dari Rp 131 triliun pada tahun 2023. Kontribusi terbesar diperkirakan berasal dari bisnis solusi digital untuk perusahaan, seperti IoT, e-health, e-logistic, digital media, dan big data sebesar 42%. Kemudian, layanan IT digital B2B sebesar 31%, konektivitas sebesar 18%, dan pusat data sebesar 8%.

Baca Juga: Telkom Indonesia (TLKM) Optimistis Lanjutkan Pertumbuhan Kinerja di Kuartal III 2023

Hingga semester I-2023, TLKM membukukan pendapatan sebesar Rp 17,4 triliun dari segmen enterprise dan wholesale and international business (WIB) atau setara 23,7% dari pendapatan konsolidasinya. Strategi Five Bold Movers TLKM dirancang untuk mengakomodasi potensi lonjakan permintaan dari pasar B2B.  

“Pada tahun 2023, TLKM berencana untuk memfokuskan kembali pada pengembangan kemampuan internal dan memanfaatkan kemitraan strategis. Lalu memasuki tahun 2024, TLKM berencana fokus pada pertumbuhan anorganik,” tutur Selvi.

Hingga akhir tahun 2023, Selvi memproyeksikan pendapatan TLKM dapat mencapai Rp 150,35 triliun dengan laba bersih Rp 25,29 triliun. Angka tersebut memperlihatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 2,07% dari realisasi tahun 2022 yang sebesar Rp 147,31 triliun dan penurunan laba bersih 2,2% year on year dari Rp 25,86 triliun pada 2022.

Lalu, merujuk riset tanggal 12 September 2023, Analis Ciptadana Sekuritas Gani menyampaikan prospek TLKM di bisnis menara telekomunikasi. Gani mencatat, anak usaha TLKM di bidang menara telekomunikasi, yakni Mitratel saat ini memiliki 36,7 ribu menara, terbesar di industri.  

Mitratel tidak hanya bercita-cita menambah jumlah menara, tetapi juga menawarkan aset dan layanan pelengkap seperti fiber, managed-service, dan multi-access edge computing. Mitratel menyatakan bahwa menara di luar Jawa mereka memiliki rasio tingkat sewa yang lebih rendah sehingga berpeluang menghasilkan lebih banyak peluang kerja sama di masa depan.  

Sementara anak usaha TLKM di bisnis data center, yakni Neutra DC sedang dalam proses konsolidasi seluruh data center di grup TLKM.  Setelah konsolidasi, Neutra DC akan memiliki kapasitas 46 MW pada tahun 2023. Pendapatan Neutra DC diproyeksikan sekitar Rp 505 miliar pada 2023 dengan margin EBITDA sekitar 35%.  

Neutra DC memiliki jalur pengembangan yang pesat dengan menargetkan total kapasitas tumbuh sebesar sembilan kali menjadi 409 MW pada tahun 2030. TLKM meyakini Neutra DC memiliki proposisi nilai yang unik dengan memanfaatkan ekosistem grup TLKM untuk menyediakan keunggulan jaringan dan konektivitas yang tidak dapat disaingi oleh pemain pusat data lainnya.  

Baca Juga: Wamen BUMN Optimis TelkomGroup Jadi Perusahaan Telekomunikasi Besar Di ASEAN

“TLKM berencana untuk unlock value Neutra DC dengan listing di BEI pada tahun 2025 atau menggandeng mitra strategis dan menargetkan pangsa pasar Neutra DC mencapai 40% pada tahun 2030,” tutur Gani.

Ketiga sekuritas ini merekomendasikan TLKM dengan target harga yang berbeda-beda. Mirae Asset Sekuritas menetapkan target harga Rp 4.350 per saham, Aldiracita Sekuritas Rp 4.200, dan Ciptadana Sekuritas Rp 4.800 per saham. Pada perdagangan Selasa (24/10), harga TLKM naik 1,11% ke level Rp 3.650 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi