Didukung Fundamental Nikel yang Solid, Begini Rekomendasi Saham Vale Indonesia (INCO)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) diyakini masih menjanjikan, disokong oleh fundamental komoditas nikel yang masih solid. Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan memperkirakan harga nikel akan berada di rentang US$ 20.000 sampai US$ 25.000 per ton pada 2022.

Perhatian utama pasar nikel adalah potensi sanksi terhadap Nornickel, perusahaan pertambangan dan peleburan nikel dan palladium asal Rusia. Sanksi ini bisa menghilangkan 130.009 kilo ton (kt) sampai 140.000 logam halus atau 4,4% dari pasokan global.

Meskipun tidak begitu krusial, proyeksi bahwa pasar bisa kehilangan jumlah pasokan sebesar itu sudah cukup untuk mendorong harga nikel naik lebih tinggi.


Dus, naiknya harga nikel memoles proyeksi kinerja INCO tahun ini. BRI Danareksa Sekuritas meningkatkan asumsi harga jual rata-rata atau average selling price (ASP). 

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Sawit dari Analis RHB dan Bahana Sekuritas

INCO diyakini dapat merealisasikan harga jual yang lebih tinggi sebesar US$ 16.3000 per ton pada tahun ini. Jika ditranslasikan, asumsi ini akan menghasilkan lonjakan laba bersih sebesar 39,4% secara year-on-year (yoy) menjadi US$ 257 juta pada 2022.

“Kami memperkirakan INCO akan mencatat pertumbuhan pendapatan yang solid pada tahun ini, meskipun dari segi volume produksi relatif datar yakni sebesar 65.000 ton,” tulis Hasan dalam riset, Selasa (22/3).

Hasan mempertahankan rekomendasi beli saham INCO dengan target harga yang lebih tinggi, yakni Rp 6.500 dari sebelumnya Rp 6.300. Kenaikan target harga ini seiring dengan asumsi ASP yang lebih tinggi.

Hasan menyadari tren penurunan harga nikel sejak pembukaan kembali perdagangan di London Metal Exchange (LME) akan menjadi hambatan besar bagi harga saham perusahaan nikel seperti INCO. Tetapi Hasan meyakini fundamental INCO akan kuat pada tahun  ini.

 

INCO Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi