Didukung Kenaikan Harga CPO, Emiten Perkebunan Grup Salim Catatkan Kinerja Ciamik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten perkebunan dan pengolahan sawit Grup Salim, yakni PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) alias Lonsum mencatakan kenaikan penjualan sebesar 28% year on year (yoy) menjadi Rp 4,53 triliun sepanjang 2021. Pada tahun 2020, realisasi pendapatan Lonsum adalah sebesar Rp 3,54 triliun. 

Perolehan ini didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) produk sawit. ASP crude palm oil (CPO) dan palm kernel (PK) Lonsum masing-masing meningkat 31% yoy dan 55% yoy sepanjang 2021.

Sejalan dengan kenaikan pendapatan, Lonsum membukukan peningkatan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 42% yoy menjadi Rp 991 miliar. Pendorongnya juga berasal dari peningkatan laba usaha yang sebagian diimbangi oleh peningkatan beban pajak penghasilan.


Baca Juga: Rekomendasi Saham yang Diprediksi Akan Untung Karena Perang Rusia Ukraina

Sepanjang 2022, Lonsum juga mempertahankan posisi keuangan yang sehat dengan total aset Rp 11,85 triliun termasuk posisi kas dan setara kas Rp 3,37 triliun. Tidak ada pendanaan melalui utang bank pada tanggal 31 Desember 2021.

Seiring dengan peningkatan pendapatan Lonsum, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) selaku induk usaha Lonsum juga mencatat kenaikan penjualan sebesar 36% yoy menjadi Rp 19,66 triliun di 2021. Hal ini didorong oleh kenaikan ASP produk sawit, yakni CPO dan PK yang masing-masing meningkat 35% yoy dan 64% yoy. SIMP juga mencatatkan kenaikan ASP serta volume penjualan produk Minyak & Lemak Nabati (EOF). 

Alhasil, SIMP juga berhasil membukukan peningkatan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 320% yoy menjadi Rp 984 miliar. Pencapaian ini juga didukung oleh naiknya laba usaha dan penurunan beban keuangan yang sebagian diimbangi oleh kenaikan beban pajak penghasilan. 

Baca Juga: Menelaah Jejaring Bisnis Minyak Goreng Grup Salim dan Sinar Mas

Sementara itu, secara operasional, produksi tandan buah segar (TBS) inti Lonsum turun 7% yoy menjadi 1,2 juta ton sepanjang 2021. Hal ini utamanya disebabkan oleh dampak cuaca yang tidak mendukung serta kegiatan peremajaan tanaman sawit. 

Seiring dengan turunnya produksi TBS inti dan eksternal, total produksi CPO berkurang 8% yoy menjadi 306 ribu ton.  Dengan begitu, volume penjualan CPO turun 2% yoy menjadi 318 ribu ton, sedangkan volume penjualan produk PK turun 6% yoy menjadi 92 ribu ton. 

Sejalan dengan penurunan produksi Lonsum, produksi TBS inti SIMP pada 2021 juga merosot 8% yoy menjadi 2,76 juta ton sehingga total produksi CPO ikut turun 7% yoy menjadi 687 ribu ton. Volume penjualan CPO juga turun 7% yoy menjadi 698 ribu ton, sedangkan volume penjualan produk PK turun 11% yoy menjadi 162 ribu ton.

Baca Juga: Inilah Saham CPO & Batubara yang Masih Murah dan Layak Dikoleksi

Presiden Direktur Lonsum Benny Tjoeng mengatakan, industri agribisnis di tahun 2021 kembali menghadapi tahun yang penuh tantangan. Produksi TBS inti Lonsum yang turun dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak mendukung dan berlanjutnya dampak pandemi. 

Di samping itu, Lonsum juga melanjutkan kegiatan peremajaan tanaman sawitnya. "Kami melakukan penanaman kembali pada sebagian lahan yang berusia tua dengan benih bibit yang memiliki potensi hasil panen tinggi," kata Benny dalam keterangan tertulisnya, Selasa (1/3).

Di sisi lain, dampak cuaca buruk yang menyebabkan rendahnya produksi turut menjadi faktor naiknya harga komoditas sepanjang tahun 2021. Faktor pendorong lainnya berasa dari meningkatnya permintaan vegetable oils dunia.

"Pada 2021, Lonsum meraih kinerja keuangan yang positif seiring kenaikan harga jual rata-rata produk sawit serta upaya-upaya kami dalam pengendalian biaya dan efisiensi," ucap Benny. 

Baca Juga: Saham-Saham Emiten Komoditas Terbang Tinggi, Mana yang Masih Undervalued?

Direktur Utama Grup SIMP Mark Wakeford pun menambahkan, kinerja keuangan positif SIMP bukan hanya didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata produk sawit. Kenaikan harga jual dan volume penjualan produk EOF juga menjadi faktor pendorong tambahannya. 

Untuk ke depannya, kedua perusahaan melihat, industri perkebunan diperkirakan akan tetap menantang di tengah pandemi di seluruh dunia, dampak cuaca, dan volatilitas harga komoditas. Untuk itu, Lonsum dan SIMP akan terus memperkuat posisi keuangan, mengendalikan biaya dan efisiensi, serta meningkatkan produktivitas. 

Lonsum dan SIMP juga akan memprioritaskan belanja modal pada aspek-aspek yang berpotensi memiliki pertumbuhan, kegiatan penanaman, dan infrastruktur. Perusahaan juga akan menjalankan praktik-praktik agrikultur yang baik secara berkelanjutan serta mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan keamanan dan kesehatan karyawannya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati