Didukung Ketangguhan Ekonomi, CDS Indonesia Turun ke Level Terendah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi risiko investasi di Indonesia semakin mengecil. Hal ini ditunjukkan oleh Credit Default Swap (CDS) yaitu premi risiko investasi yang juga mengecil.

Inflasi yang berada di tingkat rendah dan derasnya aliran dana asing belakangan ini membuktikan bahwa perekonomian Indonesia solid.

CDS tenor 5 tahun dan tenor 10 tahun kompak turun ke level terendah di sepanjang 2023 dan bahkan dalam periode setahun terakhir.


Mengutip Bloomberg, CDS Indonesia 5 tahun berada di level 73,28 pada Senin (31/7). Sementara, CDS Indonesia 10 tahun berada di level 133.565 pada Jumat (28/7).

Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan, beragam indikator akhir-akhir ini memang menunjukkan berlanjutnya proses pemulihan ekonomi di dalam negeri. Misalnya, data inflasi yang lebih rendah terpantau relatif masih sesuai dengan target yang ingin dicapai pemerintah di tahun 2023.

Baca Juga: Level CDS Indonesia Turun, Aset Berisiko Bakal Kembali Dilirik

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada bulan Juli 2023 sebesar 3,08% YoY atau menurun bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 3,52% YoY. Inflasi terus menuju ke titik tengah sasaran Bank Indonesia (BI) yang sebesar 3% YoY plus minus 1%

“Rendahnya inflasi tentu berkorelasi positif terhadap imbal hasil yang ingin didapatkan oleh investor karena inflasi akan mempengaruhi tingkat return yang akan didapatkan. Sehingga, dengan relatif terjaganya inflasi atau bahkan rendahnya inflasi merupakan pertanda baik dari sisi investor itu sendiri,” ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Selasa (8/8).

Yusuf melanjutkan, dana asing terpantau masuk di sepanjang Juli yang menunjukkan kepercayaan investor terhadap kondisi perekonomian di dalam negeri. Hal ini juga menjadi salah satu latar belakang mengapa kemudian CDS turun.

Bersamaan dengan itu, Indonesia juga masih mendapatkan peringkat investment grade dari lembaga pemerintahan rating. Peringkat menjadi acuan untuk melihat seberapa baiknya pengelolaan ekonomi maupun fiskal suatu negara.

Baca Juga: Pekan Ketiga Juli 2023, BI Catat Dana Asing Masuk Rp 4,67 Triliun

Yusuf mencermati, pergerakan CDS Indonesia kemungkinan akan volatile di paruh kedua tahun ini. Dalam beberapa bulan ke depan masih banyak isu yang bisa mempengaruhi CDS baik di level Global maupun level domestik. Dari global, rencana kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS dan juga kelanjutan dari krisis yang ditimbulkan oleh geopolitik akan mempengaruhi dinamika perekonomian global.

Dari level domestik, sentimen inflasi yang berpotensi ditimbulkan dari dampak El Nino ikut serta menentukan risiko dari investasi di Indonesia. Patut ditunggu bagaimana pemerintah menyikapi dampak El Nino yang mungkin mengerek angka inflasi.

Sisi positifnya, pengelolaan fiskal Indonesia dinilai masih sangat baik yang tercermin dari kinerja APBN sampai pertengahan tahun dan berpotensi melanjutkan tren positif tersebut sampai akhir tahun. Ditambah lagi, inflasi yang relatif rendah masih bisa terjaga sampai akhir tahun 2023.

“Level volatile dari pergerakan CDS masih akan dirasakan sampai dengan akhir tahun nanti,” ungkap Yusuf.

Baca Juga: Dana Asing Mengalir ke Pasar SBN, Ada 3 Faktor Utama yang Jadi Daya Tarik Indonesia

Selama pekan pertama Agustus 2023, level CDS Indonesia yang menyiratkan risiko gagal bayar kembali bergerak naik dari level terendah yang disentuh pada akhir Juli 2023. Data hari Selasa (8/8) CDS Indonesia tenor 5 tahun saat ini berada di level 79,83, sementara CDS tenor 10 tahun di level 147,13 per Senin (7/8).

Menurut Yusuf, kembali naiknya level CDS Indonesia dipengaruhi perkembangan terkini di pasar keuangan terkait adanya penurunan peringkat surat utang AS dari AAA menjadi AA+. Turunnya rating surat utang AS berdampak ke perekonomian global, mengingat kajian dari Fitch Rating menyebutkan perekonomian AS berpotensi untuk masuk ke jurang resesi.

Sementara itu, narasi inflasi tengah menggema di dalam negeri karena adanya EL Nino yang mengakibatkan produksi bahan pokok terganggu. Fenomena El Nino yang menyebabkan kekeringan akan mengerek inflasi ke level tinggi, apabila tidak ada mitigasi sejak dini dan penanganan EL Nino kurang tepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati