KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dharma Satya Nusantara Tbk (
DSNG) menjaga momentum pertumbuhan di tahun ini dengan produktivitas yang tinggi. Di sisi lain, optimalisasi pada produk sampingan kelapa sawit mampu mengurangi biaya pengeluaran.
Research Analyst MNC Sekuritas Alif Ihsanario menggambarkan DSNG layaknya Kuda Hitam dengan peluang terbentang di tahun ini. Semua segmen produk DSNG berkembang pesat, dimana penanaman kembali (
replanting) bibit unggul dimulai untuk mempertahankan momentum pertumbuhan. DSNG membukukan pendapatan berlimpah di tahun 2022 karena meraup pendapatan sebesar Rp 9.6 triliun atau tumbuh 35% yoy dibandingkan Rp 7.2 triliun di 2021. Sedangkan, laba DSNG pada 2022 mencapai Rp 1,21 triliun yang melonjak 65,9% YoY dibandingkan Rp 727 miliar di 2021.
Alif menilai semua segmen produk DSNG berkembang pesat. Segmen kelapa sawit tetap menjadi kontributor pendapatan terbesar dengan kontribusi 84% dari total penjualan atau sebesar Rp 8.12 triliun yang berhasil tumbuh 40% YoY dibandingkan Rp 5.79 triliun di 2021.
Baca Juga: Perkuat Lini FMC, Intip Rekomendasi Saham XL Axiata (EXCL) Di sisi lain, produk kayu DSNG juga membukukan pertumbuhan yang solid sebesar 14% YoY atau mencapai Rp 1,52 triliun dibandingkan Rp 1,33 triliun di 2021. Segmen kayu didukung oleh permintaan yang melimpah dari Jepang. Hingga tahun 2022, total usia tanaman matang DSNG telah ditanam pada area mencapai 104 ribu hektar (ha), dengan profil umur rata-rata pohon kelapa sawit tercatat adalah 12,8 tahun atau masih tersisa sekitar 5,2 tahun sebagai usia produktif prima. Alif menjelaskan, karena biasanya tanaman muda membutuhkan waktu 7 tahun untuk menjadi produktif sepenuhnya, maka DSNG telah memulai gelombang baru penanaman kembali. DSNG membersihkan 383 ha tanaman yang tidak produktif dan telah menambahkan Verdant Bioscience’s sebagai rekan pemasok benih premium ke dalam campuran tanaman muda untuk generasi baru. Bibit ini memotong 2 tahun untuk mencapai usia produksi prima dan menjamin hasil rata-rata yang lebih tinggi daripada bibit lain selama 6 tahun pertama dari budidayanya. MNC Sekuritas melalui prakiraan model ARIMA mendukung tren kenaikan harga
crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit dalam 12 bulan mendatang yakni proyeksi rata-rata harga dari MYR 3.751 per ton hingga MYR 4.546 per ton. Sebagai pembanding, prakiraan pasar harga CPO di tahun ini berkisar antara RM 3.800 per ton hingga RM 3.895 per ton. Hanya saja, Alif menilai pergerakan harga CPO global sedikit efeknya bagi bisnis kelapa sawit DSNG karena klien Dharma Satya hanya memiliki sedikit paparan langsung ke pasar ekspor. Ini artinya ASP kelapa sawit DSNG tidak banyak berubah yang jauh dari pengaruh volatilitas global. Katalis positif bagi DSNG akan datang dari rencana Pemerintah untuk memiliki bursa berjangka CPO pada semester kedua 2023. Di mana, harga jual kelapa sawit yang lebih tinggi diperkirakan akan diteruskan ke pemain domestik. Selain itu, produksi CPO Malaysia dikhawatirkan akan berkurang di tengah tingginya komposisi pohon tua dan tanah gambut sub-optimal di Sarawak yang terdiri dari potongan besar pohon-pohon muda dan prima yang sedang disiapkan untuk potensi kenaikan penawaran. Lahan sub optimal secara alamiah mempunyai produktivitas rendah.
Baca Juga: Memilih 39 Saham IPO DI BEI, Mana yang Cocok Untuk Trading & Investasi? Kekeringan yang sedang berlangsung di Argentina sebagai produsen utama minyak kedelai akan menahan harga minyak kedelai naik tinggi. Sehingga, momentum ini bakal memberikan minyak sawit potensi lebih lanjut untuk bangkit. “Kami juga memandang intensifikasi
biodiesel global dan domestik melalui inisitaif B35 menjadi pendorong CPO karena pasokan akan semakin diperketat setelah semester I-2023,” tulis Alif dalam riset 29 Maret 2023. Tak kalah penting, Alif menyebutkan, DSNG memastikan setiap produk dan produk sampingan dari lini produksi mewujudkan nilai optimalnya yang tercermin dari produksi 100% konsisten terhadap rasio penjualan sejak 2016.
Produk sampingannya dijual kembali guna menggali keuntungan misalnya cangkang sawit, dan dijual kepada Erex yaitu merupakan
joint venture (JV) dengan perusahaan Jepang dengan kontrak berjangka 15 tahun bersama DSNG. DSNG juga terkadang memanfaatkannya untuk menjadi sumber energi sendiri misalnya Bio-CNG berasal dari fermentasi limbah TBS.
Editor: Tendi Mahadi