KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah terdepresiasi terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan ini akibat derasnya sentimen eksternal. Di pasar spot, rupiah melemah 1,3% selama sepekan terakhir ke level Rp 13.628 per dollar AS hingga Jum’at (9/2). Pada saat yang bersamaan, kurs tengah rupiah Bank Indonesia (BI) ikut melemah 1,6% ke level Rp 13.643 per dollar AS. Bila dibandingkan dengan hari sebelumnya (8/2), rupiah di pasar spot melemah 0,17%. Sementara, kurs tengah rupiah di BI juga terkoreksi 0,3%. Ekonom Bank Central Asia, David Sumual mengatakan, sepanjang pekan ini sebagian mata uang global mengalami koreksi, baik mata uang utama maupun emerging market. Hal ini tak lepas dari menguatnya nilai tukar dollar AS. Penguatan nilai tukar dollar AS ditopang oleh positifnya data-data ekonomi negara tersebut di antaranya data ketenagakerjaan atau non-farm payroll. Hasil positif data tersebut dapat memicu kenaikan inflasi di AS yang pada akhirnya meningkatkan keyakinan The Federal Reserve untuk menaikan suku bunga acuan pada bulan Maret mendatang. Hal tersebut cukup dikhawatirkan para pelaku pasar sehingga stabilitas di pasar modal global ikut terganggu. Para pelaku pasar pun beralih mengincar obligasi pemerintah AS atau US treasury sebagai pengganti saham. “Makanya imbal hasil US treasury jadi naik dan menyebabkan koreksi mata uang global,” kata David. Di samping itu, para pelaku pasar dalam negeri juga masih diliputi kekhawatiran yang berlebih terhadap gejolak di pasar global. Hasilnya, para pelaku pasar domestik, terutama importir, cenderung terburu-buru dalam membeli dollar AS. Hal ini dinilai David cukup mempersulit pergerakan rupiah di pasar, padahal di saat yang sama ada sejumlah mata uang regional yang mulai rebound. Meski begitu, David melihat bahwa koreksi rupiah terhadap dollar AS hanya bersifat sementara, mengingat fundamental ekonomi Indonesia masih tergolong solid. “Cadangan devisa Indonesia kembali rekor dan kemarin juga ada kabar kenaikan rating utang dari Japan Credit Ratings Agency,” katanya. Prediksi David, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.550—Rp 13.650 sepanjang pekan depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Digempur sentimen eksternal, sepekan ini rupiah terdepresiasi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah terdepresiasi terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan ini akibat derasnya sentimen eksternal. Di pasar spot, rupiah melemah 1,3% selama sepekan terakhir ke level Rp 13.628 per dollar AS hingga Jum’at (9/2). Pada saat yang bersamaan, kurs tengah rupiah Bank Indonesia (BI) ikut melemah 1,6% ke level Rp 13.643 per dollar AS. Bila dibandingkan dengan hari sebelumnya (8/2), rupiah di pasar spot melemah 0,17%. Sementara, kurs tengah rupiah di BI juga terkoreksi 0,3%. Ekonom Bank Central Asia, David Sumual mengatakan, sepanjang pekan ini sebagian mata uang global mengalami koreksi, baik mata uang utama maupun emerging market. Hal ini tak lepas dari menguatnya nilai tukar dollar AS. Penguatan nilai tukar dollar AS ditopang oleh positifnya data-data ekonomi negara tersebut di antaranya data ketenagakerjaan atau non-farm payroll. Hasil positif data tersebut dapat memicu kenaikan inflasi di AS yang pada akhirnya meningkatkan keyakinan The Federal Reserve untuk menaikan suku bunga acuan pada bulan Maret mendatang. Hal tersebut cukup dikhawatirkan para pelaku pasar sehingga stabilitas di pasar modal global ikut terganggu. Para pelaku pasar pun beralih mengincar obligasi pemerintah AS atau US treasury sebagai pengganti saham. “Makanya imbal hasil US treasury jadi naik dan menyebabkan koreksi mata uang global,” kata David. Di samping itu, para pelaku pasar dalam negeri juga masih diliputi kekhawatiran yang berlebih terhadap gejolak di pasar global. Hasilnya, para pelaku pasar domestik, terutama importir, cenderung terburu-buru dalam membeli dollar AS. Hal ini dinilai David cukup mempersulit pergerakan rupiah di pasar, padahal di saat yang sama ada sejumlah mata uang regional yang mulai rebound. Meski begitu, David melihat bahwa koreksi rupiah terhadap dollar AS hanya bersifat sementara, mengingat fundamental ekonomi Indonesia masih tergolong solid. “Cadangan devisa Indonesia kembali rekor dan kemarin juga ada kabar kenaikan rating utang dari Japan Credit Ratings Agency,” katanya. Prediksi David, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.550—Rp 13.650 sepanjang pekan depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News