Digital literacy kunci hadapi tantangan di era revolusi industri 4.0



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan teknologi internet di Indonesia sangat pesat. Temasek dan Google memprediksi pertumbuhan ekonomi internet indonesia pada 2018 mencapai US$ 27 miliar. Dan, diprediksi akan terus tumbuh hingga mencapai US$ 100 miliar pada 2025.

Tentu ini menjadi peluang yang baik jika tantangan Indonesia dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 dapat diatasi.

Tantangan terbesar Indonesia dalam menghadapi Industri 4.0 adalah kesenjangan digital yang masih tinggi akibat minimnya pengetahuan sumber daya manusia dalam mengoptimalkan teknologi digital dan infrastruktur.


Kesenjangan digital yang masih tinggi ini dapat berdampak pada semakin besarnya kesenjangan sosial dan ekonomi.

“Maka dari itu Unika Atma Jaya mendukung pemerintah dengan berkontribusi secara signifikan terhadap isu kebijakan publik melalui tiga pilar, yaitu akademik, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat," ucap Rektor Unika Atma Jaya, Dr. A. Prasetayantoko, Jumat (7/12).

Ia menjelaskan, pesatnya kemajuan teknologi di bidang artificial intelliigence (AI) dan Internet of things bukan saja menghadirkan isu SDM tetapi juga bagaimana teknologi dikembangkan untuk memecahkan masalah sosial di Indonesia. Hal tersebut dirangkum dalam Catatan Akhir Tahun 2018 Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya Jakarta.

“Salah satu solusi yang ditawarkan Sebagai pengembang Sumber Daya Manusia adalah memperkuat program melek digital atau digital literacy, Universitas Unika Atma Jaya merasa perlu berkontribusi dalam membangun Indonesia untuk siap menghadapi revolusi industri 4.0," ungkap Prasetyantoko.

Menurutnya, Hal tersebut selaras dengan misi pemerintah dalam menjadikan Indonesia sebagai salah satu 10 besar negara dengan ekonomi terkuat di tahun 2030 dan juga pada misi “Making Indonesia 4.0”.

Industri 4.0 hadir dengan kemampuannya dalam meningkatkan produktivitas, tetapi tantangan-tantangan baru pun bermunculan terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia.

“Kami meyakini teknologi atau revolusi industri 4.0 bersifat netral, sehingga diperlukan desain kelembagaan agar teknologi bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah sosial, seperti peningkatan kapasitas pemasaran usaha mikro kecil menengah melalui e-commerce, peningkatan akses keuangan melalui financial techology, inklusifitas akses pendidikan melalui pembelajaran daring, dan sebagainya," papar Prasetyantoko.

Mendukung hal ini Unika Atma Jaya juga memberikan penghargaan kepada civitas Unika Atma Jaya yang telah memberikan kontribusi terhadap penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Kepala LPPM Unika Atma Jaya, Asmin Fransiska mengatakan penghargaan ini diberikan agar dapat menjadi motivasi para dosen untuk meningkatkan kualitasnya.

Penghargaan ini diberikan kepada dosen yang memenuhi kriteria penilaian yang berasal dari data dan laporan kinerja dosen dari Unit/Pusat/Fakultas.

“Kami memberikan penghargaan kepada dosen karena kami mengapresiasi kinerja yang baik dari mereka. Harapan kami penghargaan ini dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas bidang unggulan penelitian, publikasi, serta kemitraan,” terang Asmin.

Catatan Akhir Tahun dan Atma Jaya Award merupakan salah satu upaya Unika Atma Jaya mengembangkan program-program strategis sesuai dengan narasi tiga pusat (centers), yaitu Center for Nation Development, Center for Health Development, dan Center for Human Development.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri