Digitalisasi dan perbaikan NPL pendorong efisiensi bank



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja perbankan kian efisien. Ini tercermin dari tren penurunan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional alias BOPO hampir setahun terakhir. Digitalisasi perbankan turut menjadi faktor penyumbang efisiensi.

Data statistik perbankan Indonesia (SPI) menyebut,  secara umum, bank umum hingga November 2017 mencatatkan BOPO sebesar 78,37%. Angka ini lebih rendah dari akhir 2016 yang sebesar 82,22% (lihat tabel).

Jajaran bank-bank milik negara  rata-rata lebih unggul ketimbang bank swasta. Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Suprajarto mengatakan, sampai akhir tahun 2017, BOPO BRI tak akan berbeda jauh dengan perolehan akhir 2016 yang sebesar 68,93%. 


Namun, hasil yang diperoleh BRI lebih baik ketimbang rata-rata industri. "Tingkat efisiensi BRI masih terjaga di tahun 2017 karena penurunan bunga simpanan serta efisiensi operasional seiring penerapan teknologi di lini bisnis ataupun support," ujar Suprajarto, Selasa (23/1).

Suprajarto optimistis efisiensi tahun 2018 ini bakal  semakin membaik. Hal ini didorong implementasi digitalisasi proses kredit lewat layanan BRI Spot dan MY BRI. Sejumlah layanan digital juga akan dikerahkan BRI, antara lain chatbot sebagai layanan konsumen, optimalisasi agen laku pandai BRI (BRILink), dan efisiensi lainnya.

Adapun BOPO PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) terpangkas tipis BOPO sampai akhir tahun lalu menjadi 82% dari sebelumnya 82,48%. Perbaikan rasio kredit bermasalah atawa non performing loan (NPL) di sejumlah bank termasuk, BTN membuat menjadi BOPO menurun.

"Perbaikan rasio NPL di tahun 2017 menjadi di bawah 2,7% dari 2,84%, juga berdampak pada perbaikan pendapatan bunga dan perbaikan cadangan kerugian penurunan nilai," tutur Direktur Risk, Strategic and Compliance BTN, Mahelan Prabantarikso.

Kata Mahelan, secara umum pendapatan dan beban bunga BTN terpantau membaik, meski terjadi penurunan margin bunga bersih menjadi 4,7% di 2017, dari 4,98%.

Sebagai bank swasta terbesar, PT Bank Central Asia Tbk (BCA),  penurunan BOPO hasil dari perbaikan kredit macet alias non performing loan. Rasio BOPO BCA per Desember 2017 58% dari sebelumnya 60,44%. "Diusahakan, BOPO 2018, tetap di bawah 65%-68%," ucap Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama BCA.

Meski Direktur Utama Bank Banten Fahmi Bagus Mahesa mengakui, salah satu sebab penurunan biaya operasional terjadi penutupan beberapa kantor cabang, yang menjadi strategi Bank Banten memangkas pengeluarannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati