KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Layanan perbankan digital yang makin gencar, membuat kantor cabang kian menyusut. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), tercatat hanya ada 36.111 unit kantor cabang bank umum, baik di dalam maupun luar negeri per Juni 2022. Asal tahu saja, jumlah itu turun dibandingkan dengan posisi di Juni 2021, yang masih mencapai 47.401 kantor cabang. Artinya, dalam satu tahun terakhir, bank sudah menutup 11.290 unit jaringan kantor cabangnya. Padahal, jumlah bank umum yang ada di Indonesia tetap 107 unit dalam 1 tahun ke belakang. Bankir menyebut, pandemi telah mempercepat penerimaan nasabah dalam bertransaksi secara digital.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk misalnya telah memangkas jumlah kantor cabang dari 8.993 jaringan di akhir 2021 menjadi 8.804 unit per Juni 2022.
Corporate Secretary BRI menyatakan perseroan akan terus melakukan penataan jaringan kerja, baik menambah atau mengurangi, agar lebih produktif dan efisien namun tetap efektif dalam memberikan layanan perbankan. “Secara alami, akibat adanya digitalisasi serta perubahan perilaku masyarakat menyebabkan keberadaan dan fungsi kantor cabang bank konvensional akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu. BRI memastikan tidak ada PHK pada karyawan,” ujarnya kepada Kontan.co.id pada Senin (22/8).
Baca Juga: Penempatan Dana BCA di Surat Berharga Naik 10% hingga Juni Lanjut Aestika, karyawan pada kantor yang ditutup akan dialihkan kepada kantor BRI lain, atau dialihkan menjadi penyuluh digital. Terdapat tiga fungsi utama dari penyuluh digital. Pertama, mengajari masyarakat untuk membuka rekening secara digital. Kedua, mengajari masyarakat bertransaksi secara digital. Ketiga meningkatkan literasi digital masyarakat dengan mengajari masyarakat dan mewanti-wanti, hati-hati terhadap kejahatan digital,
skimming, social engineering dan lain-lain “Saat ini transaksi digital di BRI mencapai 96,8% dari total transaksi, sementara untuk transaksi di jaringan kantor konvensional hanya bersisa sekitar 3,2%. Ke depan, kami proyeksikan transaksi di kantor konvensional akan terus menurun sesuai dengan
journey digitalisasi masyarakat Indonesia,” tambahnya. Di masa mendatang, BRI melihat layanan konvensional perbankan akan banyak digantikan oleh sistem digital. Akan tetapi, waktu yang dibutuhkan agar sistem bank digital beroperasi maksimal diperkirakan masih sekitar 5 tahun-10 tahun lagi.
“Fakta itu membuat kehadiran bank konvensional seperti BRI masih dibutuhkan untuk melayani kebutuhan masyarakat. Dalam perjalanannya, proses transformasi digital layanan perbankan juga turut berlangsung dan menunggu adanya aturan dari regulator untuk pengamanan operasional dan konsumen bank digital,” tutur Aestika. BRI terus melakukan transformasi dengan menempatkan nasabah sebagai unsur penting. BRI menerapkan konsep
hybrid bank dalam perbaikan bisnis proses, inovasi model bisnis, serta tata Kelola jaringan kerja yang memadukan
digital capabilities, physical network serta layanan
financial advisor. Harmonisasi ketiganya kami yakini mampu menghadirkan layanan perbankan yang lebih efektif, efisien dan terintegrasi sesuai
journey customer dan masyarakat Indonesia. Salah satu contohnya, layanan secara
online bisa didapatkan masyarakat dan nasabah melalui aplikasi BRImo. Melalui platform tersebut pembukaan rekening baru di BRI bisa dilakukan hanya dalam hitungan menit tanpa harus datang ke kantor BRI. Meskipun ada kantor cabang yang ditutup, BRI memastikan tetap memberikan layanan perbankan yang optimal kepada masyarakat, meskipun dilakukan penutupan maupun relokasi kantor. Saat ini BRI telah memiliki Agen BRILink sejumlah 539 ribu yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, bahkan di daerah 3T (terdepan, terluar dan terdepan).
Baca Juga: BNI Sediakan Pembiayaan KUR untuk Taksi Alat dan Mesin Pertanian “Para agen tersebut dapat melayani transaksi perbankan sebagaimana kantor konvensional, seperti transfer, setor, Tarik tunai, pembayaran dll. Selain itu BRI juga memiliki lebih dari 16 ribu mesin ATM dan lebih dari 5ribu mesin CRM di seluruh Indonesia,” jelasnya. Adapun PT Bank Mandiri (Persero) Tbk telah menutup 40 kantor cabang ditutup sepanjang 2022. Kendati demikian, Bank Mandiri tetap memperkuat layanan cabang yang ada dengan mentransformasi menjadi
smart branches.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi AS Aturridha menyatakan Bank Mandiri telah meluncurkan 241 Smart Branch by Mandiri secara serentak di 89 kota maupun kabupaten dan 29 Provinsi di Indonesia. Hal ini merupakan bentuk komitmen Bank Mandiri untuk meningkatkan kapasitas dan layanan bagi nasabah lewat pemanfaatan teknologi digital. “Adapun, transformasi Smart Branch by Mandiri ini dihadirkan ke dalam tiga tipe antara lain Digital Box, Hybrid Branch dan Upgrade Branch. Digital Box untuk nasabah yang membutuhkan layanan perbankan tanpa antrian, Hybrid Branch untuk nasabah yang membutuhkan layanan cepat dan terdigitalisasi, dan Upgrade Branch (Digital Corner) untuk nasabah yang membutuhkan pendampingan staf untuk bertransaksi dan beragam kebutuhan finansial yang kompleks lainnya,” jelasnya. Ia berharap ketiga tipe ini mampu mengakomodir seluruh karakter nasabah maupun masyarakat yang masih membutuhkan layanan perbankan di cabang maupun edukasi finansial dengan lebih nyaman dan interaktif. “ketiga jenis cabang tersebut juga dilengkapi dengan
self-service machine seperti ATM Setor Tarik,
Customer Service Machine (CSM), Video Conference Box yang dapat memungkinkan nasabah berinteraksi secara daring dengan staf Bank Mandiri, dan
General Banker yang akan memberikan solusi finansial kepada nasabah,” tuturnya. Dalam mendukung digitalisasi, Bank Mandiri secara konsisten turut melakukan pengembangan karir Sumber Daya Manusia (SDM) lewat program Mandirian Siap Jadi Digital. Ia menjelaskan, hal tersebut sejak awal telah menjadi strategi bisnis perusahaan. "Dalam menyiapkan SDM agar tetap relevan, Bank Mandiri mengutamakan prinsip No One Left Behind atau tidak ada peran dari Mandirian yang terpinggirkan. Karena kami meyakini, kualitas SDM yang adaptif dengan Gerakan Bersama dari seluruh Mandirian merupakan kunci keberhasilan transformasi digital dan keberlangsungan bisnis Bank Mandiri ke depan," terangnya.
Baca Juga: Kontribusi Anak Usaha Terhadap Laba Bank Kian Gemuk Lebih lanjut, dalam
roadmap transformasi digital Bank Mandiri, pengembangan SDM atau Mandirian telah menjadi fokus utama perseroan. Secara bertahap, Bank Mandiri telah menyiapkan Strategic Workforce Program (SWP) berupa
upskilling maupun
reskilling kepada Mandirian, mulai dari tenaga-tenaga garda terdepan (
frontliner) seperti di cabang hingga
back office untuk dapat beradaptasi dengan cepat pada peran baru yang dijalankan, sehingga tidak ada pengurangan pegawai sama sekali. Sebagai contoh,
customer service dan
teller diberikan pelatihan dan pendidikan untuk membentuk kemampuan baru dengan menjadi
General Banker agar dapat dengan fasih menjelaskan fitur atau fasilitas di Smart Branch by Mandiri. "Ke depan, Bank Mandiri akan terus melakukan perekrutan talenta-talenta muda yang diharapkan dapat mendukung pengembangan bisnis Bank Mandiri, terutama dalam mendukung transformasi digital. Dengan meningkatnya aktivitas bisnis dengan tetap secara konsisten memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, tentunya diperlukan kapasitas SDM yang cukup dengan kapabilitas yang relevan," pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari