Digitalisasi percepat inklusi keuangan dan memangkas biaya operasional



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peta ekonomi digital tidak hanya mencakup e-commerce. Juga termasuk financial technology (finctech), edu-tech, dan health tech.

Di tengah ekonomi digital yang terus berkembang, kawasan ASEAN, termasuk Indonesia menghadapi tantangan besar akibat pandemi dan ketidakpasian ekonomi global. “Tapi dengan mempercepat distribusi vaksin dan terus melakukan reformasi ekonomi, Indonesia dapat membangun landasan untuk mempercepat pemulihan ekonomi,” kata Chief Economist ASEAN HSBC Global Research, Joseph Incalcaterra, dalam paparan virtual, Rabu (25/8). 

Partner Bain & Company Edy Widjaja menyatakan, rencana lima tahun perkembangan digital konsumen dipangkas hanya dalam setahun tahun karena pandemi Covid-19.


Pertambahan konsumen digital muncul dari konsumen baru yang tidak pernah memiliki pengalaman digital. Sebanyak sepertiga dari konsumen di seluruh ASEAN adalah konsumen baru,.Di Indonesia sebanyak 37%  belum pernah mengakses layanan digital  sebelum ada pandemi “Secara khusus ada tiga industri yang luar biasa meningkat, yaitu edukasi, groceries, dan lending,” urai Edy.

Studi Visa memaparkan, 85% pelaku bisnis mengubah cara bisnis mereka ke arah digital. Sebanyak 74% konsumen tetap memilih melakukan pembayaran nontunai bahkan setelah pandemi selesai. “Di balik pertumbuhan digital ekonomi, infrastruktu juga penting. Yakni  terkait data center, talent, dan lainnya,” ujar Edy..

Co-Founder and Managing Partner Northstar Group, Patrick Walujo  memaparkan digitalisasi dari segi perbankan. “Digitalisasi di pelayanan keuangan untuk meningkatkan inklusi  jasa keuangan. Selain itu biaya operasional jangka panjang menjadi lebih efisien,” ujar Co-Founder and Managing Partner Northstar Group, Patrick Walujo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ahmad Febrian