KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Digitalisasi selain membuka peluang yang cukup besar bagi UMKM dalam melebarkan sayapnya, Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan terdapat juga tantangan yang dihadapi pelaku UMKM. Teten menyebut tak sedikit pelaku usaha UMKM terutama di sektor mikro yang terkendala dengan literasi digital. Meski diakui kini Pemerintah gencar melakukan berbagai pelatihan dan bimbingan terkait digitalisasi bagi pelaku UMKM. Kini solusi yang dapat dilakukan untuk tantangan literasi digital, Teten menyebut ialah perlu adanya
reseller yang nantinya akan membantu para produsen yang belum menguasai penuh pemasaran secara digital.
"Berikutnya adalah tantangan kualitas produksi. Saya yakin banyak kualitas produk UMKM yang udah bagus tapi harus diperbaiki misal
packaging-nya," jelas Teten dalam Diskusi Kadin dan Shopee Indonesia 'UMKM Menuju Pasar Global', Senin (14/6). Selain itu, produksi jadi perhatian lantaran produk UMKM Indonesia diharapkan tak hanya merajai pasar lokal tapi juga hingga ke global. Adapun Teten mengungkap, saat ini penjualan ekspor untuk UMKM lewat
e-commerce masih rendah yaitu baru 4,68%. "Kalau total ekspor nasional baru 14,3% tapi yang khusus lewat
e-commerce itu UMKM itu baru kecil kita ada kerjasama dengan Shopee dengan Lazada dengan Alibaba dengan juga dengan Amazon untuk mendorong ekspor kita," ungkap Teten.
Baca Juga: Bidik pertumbuhan ekonomi 7%, ini upaya yang ditempuh pemerintah Guna memaksimalkan ekspor produk UMKM, pihaknya akan menerapkan agregasi produk UMKM. Dimana produk yang memiliki
market demand namun masih berskala kecil akan agregasi dan dilakukan standarisasi produk. "Kalau fokus kita menyiapkan produk-produk UMKM yang bisa terhubung ke pasar global, Saya kira kita akan bisa cepat karena itu kita butuh partner dengan Kadin dan lainnya," imbuhnya. Selama pandemi terdapat kenaikan jumlah UMKM yang terhubung ke ekosistem digital. Saat ini sudah ada 13,5 juta pelaku usaha yang telah terhubung ke pasar digital per Mei 2021. Kemudian pada 2024 mendatang ditargetkan jumlahnya akan meningkat hingga 30 juta pelaku UMKM. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, jumlah pengekspor di Indonesia saat ini 85% adalah pelaku UKM. Meski menduduki mayoritas jika dilihat dari nilai ekspornya 90% didominasi oleh usaha besar, sedangkan 15% nilai ekspor datang dari pelaku UKM. "Sisanya itu yang UKM hanya US$ 5 miliar pada tahun 2020. Jadi jumlahnya masih timpang artinya usaha kecil menengah untuk ekspor kita itu adalah usaha yang masih ringkih. Maka itu tugas saya sebagai wasit dalam perdagangan ini menjaga mereka bersama-sama Menteri UKM bersama dengan Menteri Investasi, karena kalau ini belum kuat mereka sudah disambar habis yang lain," jelasnya.
Oleh karenanya, pihaknya kini akan melakukan suatu perbaikan aturan yang akan dapat mencegah kecurangan yang dimungkinkan terjadi pada kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik (PSME). "Apa yang akan kita kerjakan? akan kita perbaiki saya akan perbaiki peraturannya supaya perdagangan yang kita kerjakan hari ini tidak ada kecurangan-kecurangan. Kita tidak bisa bersaing dengan situasi yang tidak seimbang," imbuhnya. Yang terpenting Lutfi mengatakan, bagaimana membuat perdagangan yang bermanfaat dan
fair trade. Lutfi menilai, PSME memiliki peluang yang besar yang harus digalakkan agar menjadi perdagangan yang bermanfaat, meski memiliki tantangan. "Jadi bukan
free trade tapi
fair trade. Ini sedang kita atur, nanti kita bicarakan detailnya saya akan dijelaskan secara gamblang," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .