Digugat Oracle, Google bersikukuh android legal



CALIFORNIA. Sengketa antara Google dan Oracle masih bergulir di pengadilan. Mantan CEO Google, Eric Schmidt, yang kini menjabat sebagai kepala eksekutif Google mengklaim, platform smartphone Android yang dikembangkan Google dibangun secara legal.

Hal itu disampaikan Schmidt kepada juri di pengadilan, terkait tuntutan Oracle terhadap teknologi smartphone yang digunakan Google.Sebelumnya, Oracle yang telah mengakuisisi Sun Microsystem, menggugat Google atas tuduhan menggunakan hak cipta dan paten dari bahasa pemrograman Java pada Android pada tahun ini.

Namun, Google bersikukuh, Android tidak melanggar hak paten milik Oracle, dan Oracle tak punya hak atas Java yang open source dan tersedia untuk publik.


Persidangan telah berlangsung setidaknya delapan minggu, terbagi menjadi tiga tahap, yaitu pembahasan tentang hak cipta, klaim paten, dan kerusakan.Dalam pengadilan yang digelar Selasa (24/4/2012), pengacara Oracle, David Boies menunjukkan presentasi Schmidt tahun 2005 saat masih menjabat sebagai CEO Google. Saat itu, Schmidt mengatakan 'keharusan' untuk memiliki lisensi dari Sun.

Namun, Schmidt mengatakan dirinya tak ingat akan pernyataan tersebut.

Robert Van Nest, pengacara Google menyampaikan, Schmidt bercerita tentang keinginan Sun Microsystem untuk memiliki US$ 30 juta - US$ 50 juta dalam kerja sama membangun platform mobile bersama Google. Namun, negosiasi kedua perusahaan tersendat, sehingga Google mengembangkan Android tanpa Sun.Sementara itu, Kepala proyek Android Andy Rubin saat bersaksi di pengadilan menyebutkan, Google kemudian membuat perangkat lunak open source, Android. Menurutnya, Sun ingin mengembangkan sistem operasi yang tertutup, berbeda dengan yang diinginkan Google.Setelah Android diluncurkan pada akhir 2007, Schmidt menyebut, ia langsung mengadakan pertemuan dengan beberapa Kepala Eksekutif Sun, termasuk Jonathan Schwartz, yang pernah menyatakan ketidaksetujuan tentang Android.

Google berpendapat, Oracle kini meluncurkan gugatan setelah menyadari tidak akan mampu mengembangkan smartphone sendiri (Tenni Purwanti/Reuters, Kompas.com)

Editor: Dupla Kartini