KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mampu meraup dana senilai Rp 5,22 triliun dari total penawaran yang masuk sebesar Rp 13,89 triliun pada lelang sukuk negara hari ini, Selasa (16/10). Sejumlah sentimen positif dari dalam negeri membuat lelang kali ini terbilang ramai dan mampu melampaui pencapaian pada lelang sukuk sebelumnya. Perlu diketahui, pada lelang sukuk negara tanggal 2 Oktober lalu, pemerintah menyerap dana senilai Rp 5,10 triliun dari total penawaran masuk sebesar Rp 10,39 triliun. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Fikri C. Permana menilai, data neraca perdagangan Indonesia bulan September yang surplus US$ 230 juta yang diikuti oleh stabilnya pergerakan rupiah hari ini membuat investor antusias untuk masuk ke pasar obligasi melalui lelang. “Sentimen ini membuat profil risiko Indonesia di mata investor sudah mulai membaik,” kata dia. Sentimen tersebut memang menguntungkan pasar obligasi Indonesia. Apalagi, yield Surat Utang Negara (SUN) sudah tergolong tinggi atau berada di level 8,8% untuk seri acuan 10 tahun. Angka ini lebih tinggi ketimbang yield surat utang di negara-negara yang peringkat utangnya serupa dengan Indonesia. “Yield obligasi tenor 10 tahun India dan Filipina masing-masing berada di level 7,9% dan 8,1% per hari ini,” ungkap Fikri. Namun, karena volatilitas pasar obligasi Indonesia masih cukup tinggi, para investor masih menghindari risiko jangka panjang di Indonesia. Alhasil, seri-seri bertenor pendek masih menjadi primadona saat lelang tadi. Sebut saja, seri SPNS03042019 yang memperoleh penawaran masuk tertinggi dalam lelang hari ini sebesar Rp 4,79 triliun. Kondisi seperti ini sebenarnya cukup menguntungkan pemerintah karena dapat terhindar dari potensi peningkatan cost of fund di masa mendatang. Hal ini mengingat seri-seri bertenor panjang memiliki yield yang lebih tinggi ketimbang tenor pendek. Tapi di sisi lain, minimnya penawaran pada seri-seri tersebut membuat pemerintah diliputi ketidakpastian soal pendanaan dalam jangka panjang. Terlepas dari itu, Fikri meyakini membaiknya data ekonomi Indonesia bisa menjadi pemicu ramainya lelang Surat Berharga Negara ke depan. Apalagi, saat ini kondisi perekonomian di negara-negara emerging market kurang stabil sehingga mempengaruhi kepercayaan investor asing yang notabene memiliki peran yang besar di pasar obligasi Indonesia. Sebagai pengingat, pemerintah bakal menggelar lelang Surat Utang Negara pada perdagangan Selasa (23/10) mendatang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Diiringi sentimen positif dalam negeri, lelang sukuk hari ini berlangsung ramai
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mampu meraup dana senilai Rp 5,22 triliun dari total penawaran yang masuk sebesar Rp 13,89 triliun pada lelang sukuk negara hari ini, Selasa (16/10). Sejumlah sentimen positif dari dalam negeri membuat lelang kali ini terbilang ramai dan mampu melampaui pencapaian pada lelang sukuk sebelumnya. Perlu diketahui, pada lelang sukuk negara tanggal 2 Oktober lalu, pemerintah menyerap dana senilai Rp 5,10 triliun dari total penawaran masuk sebesar Rp 10,39 triliun. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Fikri C. Permana menilai, data neraca perdagangan Indonesia bulan September yang surplus US$ 230 juta yang diikuti oleh stabilnya pergerakan rupiah hari ini membuat investor antusias untuk masuk ke pasar obligasi melalui lelang. “Sentimen ini membuat profil risiko Indonesia di mata investor sudah mulai membaik,” kata dia. Sentimen tersebut memang menguntungkan pasar obligasi Indonesia. Apalagi, yield Surat Utang Negara (SUN) sudah tergolong tinggi atau berada di level 8,8% untuk seri acuan 10 tahun. Angka ini lebih tinggi ketimbang yield surat utang di negara-negara yang peringkat utangnya serupa dengan Indonesia. “Yield obligasi tenor 10 tahun India dan Filipina masing-masing berada di level 7,9% dan 8,1% per hari ini,” ungkap Fikri. Namun, karena volatilitas pasar obligasi Indonesia masih cukup tinggi, para investor masih menghindari risiko jangka panjang di Indonesia. Alhasil, seri-seri bertenor pendek masih menjadi primadona saat lelang tadi. Sebut saja, seri SPNS03042019 yang memperoleh penawaran masuk tertinggi dalam lelang hari ini sebesar Rp 4,79 triliun. Kondisi seperti ini sebenarnya cukup menguntungkan pemerintah karena dapat terhindar dari potensi peningkatan cost of fund di masa mendatang. Hal ini mengingat seri-seri bertenor panjang memiliki yield yang lebih tinggi ketimbang tenor pendek. Tapi di sisi lain, minimnya penawaran pada seri-seri tersebut membuat pemerintah diliputi ketidakpastian soal pendanaan dalam jangka panjang. Terlepas dari itu, Fikri meyakini membaiknya data ekonomi Indonesia bisa menjadi pemicu ramainya lelang Surat Berharga Negara ke depan. Apalagi, saat ini kondisi perekonomian di negara-negara emerging market kurang stabil sehingga mempengaruhi kepercayaan investor asing yang notabene memiliki peran yang besar di pasar obligasi Indonesia. Sebagai pengingat, pemerintah bakal menggelar lelang Surat Utang Negara pada perdagangan Selasa (23/10) mendatang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News