JAKARTA. Meski harga timah belum mampu kembali ke level US$ 21.845 atau tertingginya sejak akhir 2014 lalu, namun laju kenaikan harga diprediksi belum akan terhenti hingga akhir tahun nanti. Penguatan USD pun dinilai belum akan mampu menjegal tren bullish harga timah. Mengutip Bloomberg, Senin (21/11) pukul 14.45 WIB harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange melesat 2,12% di level US$ 20.630 per metric ton dibanding hari sebelumnya. Walau dalam sepekan terakhir, harga sudah tergerus 0,96%. Andri Hardianto, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures mengatakan memang sejak akhir kuartal tiga harga timah sudah terus menanjak. Banyak faktor yang jadi pendukungnya, pertama, melambatnya produksi Myanmar. Padahal sejak ketatnya aturan ekspor timah Indonesia, Myanmar menjadi harapan pelaku pasar untuk memasok stok timah secara global.
Dikelilingi sentimen positif, harga timah menanjak
JAKARTA. Meski harga timah belum mampu kembali ke level US$ 21.845 atau tertingginya sejak akhir 2014 lalu, namun laju kenaikan harga diprediksi belum akan terhenti hingga akhir tahun nanti. Penguatan USD pun dinilai belum akan mampu menjegal tren bullish harga timah. Mengutip Bloomberg, Senin (21/11) pukul 14.45 WIB harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange melesat 2,12% di level US$ 20.630 per metric ton dibanding hari sebelumnya. Walau dalam sepekan terakhir, harga sudah tergerus 0,96%. Andri Hardianto, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures mengatakan memang sejak akhir kuartal tiga harga timah sudah terus menanjak. Banyak faktor yang jadi pendukungnya, pertama, melambatnya produksi Myanmar. Padahal sejak ketatnya aturan ekspor timah Indonesia, Myanmar menjadi harapan pelaku pasar untuk memasok stok timah secara global.